Kamis 27 Jul 2017 07:29 WIB

Komunikasi Keluarga Penting Bagi Korban Perundungan

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi Stop Bullying
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Stop Bullying

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa korban perundungan atau bullying dinilai cenderung pendiam dan enggan bersosialisasi di lingkungan sekitar. Bahkan tak jarang mereka ini ketika di rumah pun tidak terbuka dengan orang tuanya.

Praktisi Psikologi Islam M Soleh menjelaskan, jika seorang anak menjadi pendiam di rumah maupun di lingkungan sekitar, ini akan menjadi tekanan tersendiri bagi anak. Apalagi jika ia menjadi korban perundungan di lingkungan tempat ia melakukan aktivitas sehari-hari.

"Kalau tidak ada yang bisa diajak interaksi, anak jadi tidak ada yang bisa bantu. Sementara, orang tua seharusnya menjadi tempat mengadu satu-satunya, jika anak tidak bisa beradaptasi memiliki teman," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (26/7) sore.

Menurutnya jika anak sampai menjadi pendiam juga dalam keluarga, pasti ada kesalahan dalam komunikasi keluarga anak. Anak harus dibuat nyaman dulu dengan orang tua, baru anak mau cerita.

"Karena terkadang, maaf ya, orang tua juga sibuk sendiri. Padahal harusnya anak itu curhat apapun pada orang tua mereka dan membantu berikan solusi. Anak saya juga dulu pernah dipukulin kakak kelasnya, tapi langsung saya datangi kepala sekolah, intinya langsung saya tindak lanjuti. Dan langsung berhenti bully itu," ujar dia.

Perundungan, menurutnya, sudah terjadi sejak zaman dulu hingga sekarang. Salah satu yang baru baru saja menjadi sorotan adalah kasus perundungan di Universitas Gunadarma. Soleh menilai para pelaku perundungan itu belum mendapat nilai-nilai hidup yang benar dan lurus. Bagi para pelaku, orang akan suka dengan mereka, ketika mereka bisa hebat mengganggu orang lain, dan ditertawakan oleh orang banyak.

Sementara untuk kasus bullying lain yang diketahui dilakukan sejumlah siswa-siswi SMPN di Jakarta menurutnya bisa disebabkan banyak faktor. Apalagi yang mengawali perundungan adalah perempuan. "Saya lihat, mungkin mereka meniru apa yang ada di depan dia. Mungkin orang tuanya suka melakukan kekerasan. Atau mereka nonton atau bermain game," papar Soleh.

Untuk anak-anak SMP ini, dikatakan Soleh mungkin saja mereka berpikir dengan mereka bisa mem-bully orang mereka langsung mendapat sanjungan. Di sinilah pentingnya peran orang tua, perlu ajarkan anak-anak karena itu tanggung jawab orang tua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement