Selasa 29 May 2018 04:20 WIB

Islam Berkembang Pesat di Kawasan Pantai Miami AS

Jumlah pemeluk agama Islam di AS saat ini mencapai sekitar 20 juta orang

Komunitas muslim di Kota Los Angeles, Amerika Serikat (Ilustrasi)
Foto: AP
Komunitas muslim di Kota Los Angeles, Amerika Serikat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Pemeluk agama Islam di Amerika Serikat (AS) berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Ustaz Ehab Abdel Maksoud Abdel Fattah Zeidan dari Islamic Centre AS menyebut jumlah pemeluk agama Islam di AS saat ini mencapai sekitar 20 juta orang.

"Perkembangan agama Islam merata di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat," katanya dalam dialog perkembangan Islam di Amerika Serikat di Masjid Al Hakim Sekip Baru, Kelurahan Sidorejo, Temanggung, Jawa Tengah, Senin (28/5) malam.

Baca juga, Polisi AS Memata-matai Muslim dan Warga Afrika-Amerika

Ia mengatakan perkembangan agama Islam di AS diawali di kota Chicago, Los Angeles, dan Denver. Dia menuturkan berkat dakwah yang dilakukan tim Islamic Centre AS, hampir setiap hari ada orang masuk Islam di AS.

Ia mengatakan dakwah Islam dilakukan justru di tempat-tempat yang tingkat kriminalitasnya tinggi dan di lokasi tempat orang berlibur dengan telanjang yakni di Pantai Miami. Menurut dia di Chicago yang merupakan daerah paling tinggi kejahatannya, saat ini terdapat 1.200 masjid. Padahal untuk membangun masjid di AS memerlukan biaya tinggi dan cukup sulit.

"Biaya membuat masjid di AS minimal memerlukan dana sekitar Rp 14 miliar dan harus mengumpulkan orang-orang Islam dalam satu kawasan baru bisa mendirikan masjid," tuturnya.

Ia menuturkan dengan dakwah yang terus dilakukan di Pantai Miami, mendatangi satu per satu pengunjung di pantai tersebut dan diberikan pemahaman tentang Islam mereka akhirnya masuk Islam. Dia kemukakan dalam perjalanannya berdakwah selama 40 hari dari kota satu ke kota yang lain bisa mengislamkan 140 orang.

Ia menyampaikan sekarang masjid bisa ditemukan di mana-mana di AS, termasuk di Alaska, Honolulu, dan Hawaii. "Bedanya Islam di Eropa dengan di AS, kalau di Eropa pemeluk Islam adalah para pendatang, sedangkan di AS pemeluk Islam kebanyakan orang AS sendiri," tuturnya.

Menurut dia orang-orang AS tidak ada kebencian terhadap Islam dan Pemerintah AS tidak membeda-bedakan warganya, semua diperlakukan sama. "Salah satu prinsip negara AS adalah melindungi warganya, apa pun agamanya maupun kulitnya," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement