Senin 15 Sep 2025 18:57 WIB

Menag Ajak Santri Teladani Ulama Terdahulu

Menurut Menag, pesantren turut berperan dalam pembangunan bangsa.

Menteri Agama RI Nasaruddin Umar
Foto: kemenag
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak para santri untuk meneladani ulama terdahulu yang berhasil melahirkan karya besar sekaligus membangun peradaban. Menurutnya, warisan keilmuan para pendahulu menjadi fondasi penting bagi kebangkitan generasi santri masa kini.

"Tradisi pesantren kita kaya dengan warisan intelektual. Dari sinilah lahir ulama, pemikir, sekaligus pemimpin umat. Pesantren harus tampil sebagai pusat lahirnya generasi yang mampu berperan dalam percaturan global," ujar dia di Jakarta, Senin (15/9/2025).

Baca Juga

Ia menilai pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi episentrum peradaban Islam dunia. Hal itu dapat terwujud jika santri mampu menghidupkan kembali semangat keilmuan yang pernah menginspirasi para ulama klasik.

Menurut Nasaruddin, pesantren bukan hanya pusat pendidikan agama. Lembaga ini juga berkontribusi besar dalam pembangunan bangsa dan masyarakat luas.

Ia kemudian menyinggung kisah para ulama klasik sebagai teladan yang harus dihidupkan kembali oleh santri. Salah satunya adalah Imam Al-Ghazali yang menulis karya monumental Ihya Ulumuddin untuk menghidupkan kembali spiritualitas umat.

Begitu pula Ibnu Rusyd yang dikenal mampu menjembatani ilmu agama dengan filsafat. Karya-karyanya bahkan menjadi rujukan penting bagi dunia Barat hingga kini.

"Mereka adalah contoh bagaimana seorang ulama tidak hanya menguasai teks agama, tetapi juga ilmu pengetahuan luas yang membangun peradaban," kata dia. Ia juga menekankan pentingnya penguasaan ilmu yang bersinergi dengan nilai-nilai moral.

Nasaruddin mengisahkan Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang menekankan pentingnya kejujuran dalam menuntut ilmu.

"Syekh Abdul Qadir pernah dinasehati oleh ibunya, 'Jangan bohong, maka selamat.’ Pesan inilah yang relevan bagi santri zaman sekarang, bahwa ilmu tanpa kejujuran akan kehilangan berkah," kata dia.

Ia menegaskan keterhubungan antara ilmu agama dan ilmu umum tidak boleh dipisahkan. Sejarah kejayaan peradaban Islam di Baghdad menjadi bukti sinergi ulama, ilmuwan, dan filosof dalam membangun dunia.

"Tidak boleh ada pemisahan ilmu. Santri harus menguasai kitab, sekaligus terbuka pada sains dan teknologi modern. Dengan begitu, pesantren akan melahirkan generasi alim, cerdas, dan siap memimpin," kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Agama menyiapkan sajian khusus pada Peringatan 10 Tahun Hari Santri. Agenda yang dihadirkan mulai dari halaqah ulama, Cek Kesehatan Gratis (CKG), hingga peninjauan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Suyitno menegaskan bahwa Hari Santri tahun ini harus menjadi momentum penguatan peran pesantren. Peran tersebut diharapkan semakin nyata dalam kontribusi pembangunan bangsa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement