REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN --Seyed Ammar al-Hakim, pemimpin Gerakan Kebijaksanaan Nasional Irak (NWM), bertemu dengan penasihat senior Pemimpin Revolusi Islam, Ali Akbar Velayati, di Teheran, Ahad (7/9/2025). Pertemuan ini membahas penguatan hubungan bilateral dan kerja sama regional.
Dalam pertemuan tersebut, Velayati menyoroti ikatan sejarah, budaya, dan keagamaan antara Iran dan Irak. Di mana, ikatan itu menggambarkan hubungan itu berakar pada warisan bersama dan hubungan bertetangga yang telah lama terjalin. “Iran menempatkan hubungan dengan Irak pada posisi yang sangat penting. Kemerdekaan, stabilitas, dan kemajuan Irak adalah hal yang sangat krusial bagi negara kami,” ujarnya.
Velayati yakin bahwa Irak akan meraih lebih banyak kesuksesan di masa depan, dengan mengandalkan otoritas keagamaannya (Marja) serta dukungan teguh dari para pemimpin nasionalnya.
Sementara itu, Hakim memuji kiprah Iran selama konflik 12 hari dengan Israel, dengan mengatakan bahwa negara tersebut menunjukkan kemampuan militer dan strategis yang luar biasa di bawah kepemimpinan Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, angkatan bersenjata, dan dukungan kuat rakyatnya. “Iran menampilkan citra penting dan berpengaruh di mata dunia selama konflik ini,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa tindakan Iran ini menandai pertama kalinya dalam 76 tahun negara itu melancarkan serangan besar terhadap rezim Israel, menantang kedudukan internasionalnya.
Kedua pihak juga bertukar pandangan tentang perkembangan regional yang sedang berlangsung, termasuk provokasi Israel, serta menegaskan pentingnya persatuan di antara bangsa-bangsa Islam dalam menghadapi ancaman eksternal. Mereka sepakat mengenai pentingnya memperluas kerja sama bilateral di bidang politik, keamanan, dan ekonomi.
Hakim dan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, juga mengadakan pembicaraan mengenai penguatan kerja sama keamanan Irak-Iran, dengan menekankan kepatuhan pada perjanjian keamanan yang ada dan kelanjutan upaya bersama untuk menjaga stabilitas kawasan.
Pertemuan ditutup dengan kedua pihak menegaskan kembali pentingnya koordinasi politik dan diplomatik antara Baghdad dan Teheran sebagai landasan bagi stabilitas jangka panjang di kawasan.
Sumber: