REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Serutan dan kerangka bambu tergeletak di pinggir jalan. Itu adalah alat tempur Mulyadi (57) bersama anak cucunya untuk membuat salah satu warisan budaya Jakarta, ondel-ondel. Sambil mengerjakan 300 pesanan dari pembeli, Mulyadi mengaku ini kali pertamanya mendapat banyak pesanan setelah pandemi.
“Kemarin udah sepi, ini baru dapet lagi, ini baru dijebol lagi,” ujar Mulyadi dengan sumringah, Kamis (7/8/2025).
Sudah 16 tahun, sejak 2009, Mulyadi dan anaknya mulai menapakkan kaki sebagai pengrajin ondel-ondel. Mulyadi menjadi generasi kedua di keluarga yang meneruskan warisan membuat ondel-ondel. Kemampuannya didapat dari sang ayah yang dulu sempat membuatkan kerajinan khas Betawi itu pada 1972-an.
Atas dorongan sang anak, Muhammad Waldi (31), Mulyadi dan keluarga pun menekuni usaha kerajinan ini. Saat ini, Waldi bersama adiknya, pun meneruskan tongkat bisnis keluarga sebagai generasi ketiga. Mereka aktif mengerjakan pesanan ondel-ondel dari pembeli.
Sehari-hari, di samping rumah yang terletak di Kampung Ondel-ondel, Jalan Kembang Pacar Jakarta Pusat ini, keluarga Mulyadi bahu-membahu membuat ondel-ondel. Sore hari, terlihat Mulyadi sedang asik menyerut bambu, Waldi khusyuk merangkai kerangka ondel-ondel miniatur, adik Waldi merangkai kerangka ondel-ondel besar, kedua cucunya membuat wajah dan hiasan kepala ondel-ondel dan istri Mulyadi, bertugas untuk menjahit baju ondel-ondel.
