REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kitab Al-Hikam, Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari menjelaskan suatu kondisi yang di dalamnya doa seorang hamba Allah lekas terkabul. Menurut ulama-sufi itu, doa yang makbul selalu diiringi perasaan sangat membutuhkan. Yakinkanlah diri sebagai fakir miskin di hadapan Allah dan bahwa hanya Dia Yang Maha Kaya lagi Maha Kuasa.

مَا طُلِبَ لَكَ شَيْءٌ مِثْلُ الْاِضْطِرَارِ، وَلَا أَسْرَعَ بِالْمَوَاهِبِ إِلَيْكَ مِثْلُ الذُّلَّةِ وَالْافْتِقَارِ

"Tidak ada sesuatu yang bisa membuat permintaan (doa) kamu segera terkabul laiaknya keadaan darurat, dan tidak ada sesuatu yang membuat kamu mendapatkan pemberian (karunia) lebih cepat (dari Allah) layaknya rasa hina (rendah diri) dan rasa butuh (fakir miskin di hadapan Allah)" (Syekh Ibnu Athaillah, Al-Hikam)

Ustaz Salim Bahreisy dalam buku Terjemahan Al-Hikam menambahkan, orang yang terpaksa adalah mereka yang merasa sudah tidak memiliki daya dan kekuatan selain dari Allah. Dalam kondisi itulah, doa seorang Mukmin lebih cepat dikabulkan. Sebab, tercermin dalam dirinya rasa keikhlasan dan pengakuan atas kemahakuasaan Allah.

Allah SWT berfirman.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِىۡ سَيَدۡخُلُوۡنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيۡنَ

"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina'" (QS al-Ghafir: 60).

Orang yang merasa sangat butuh kepada Allah biasanya benar-benar meninggalkan segala bentuk ketergantungan selain kepada-Nya. Ia merasa tak memiliki apa-apa untuk dijadikan sandaran dalam berdoa selain rahmat-Nya semata.

Ikuti Whatsapp Channel Republika