REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, dijadwalkan menghadiri pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki, pada Sabtu (21/6/2025). Informasi ini disampaikan oleh sumber di Kementerian Luar Negeri Turki pada Kamis (19/6/2025).
Rangkaian Sidang ke-51 Dewan Menteri Luar Negeri OKI akan berfokus pada Perang Israel-Iran. Demikian pula pembahasan pada eskalasi terbaru, termasuk serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran di Provinsi Khondab, tepatnya Reaktor Nuklir Air Berat Arak hari ini.
Militer Israel mengeklaim telah menargetkan reaktor yang belum selesai dibangun itu. Para pakar menyebut fasilitas itu berpotensi memproduksi plutonium dengan tingkat kemurnian isotop (terutama Pu-239) yang cukup tinggi. Alhasil, secara teori, itu dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.
Turki secara terbuka mengkritik keras aksi militer Israel yang menyerang Iran pada Jumat (13/6/2025). Ankara menyebutnya sebagai tindakan ilegal, dan menyatakan bahwa Iran berhak membela diri secara sah.
Dalam pidato pembukaan konferensi dua hari tersebut, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan diperkirakan akan menyerukan persatuan negara-negara Muslim dalam menghadapi berbagai "tindakan destabilisasi" di kawasan Timur Tengah. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga dijadwalkan menyampaikan pidato dalam forum tersebut.
OKI yang beranggotakan 57 negara telah lama menjadi forum politik dan diplomatik penting bagi negara-negara Muslim di dunia.
View this post on Instagram
OKI Diminta bertindak nyata
Terpisah, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi dalam jumpa pers di Jakarta menyerukan negara-negara anggota OKI agar bertindak nyata. Hal itu menyusul menyusul serangan udara Israel ke sejumlah wilayah di Iran pada 13 Juni 2025.
Menurut Dubes Boroujerdi, sikap diam atau setengah hati dari dunia internasional justru memberi ruang bagi agresi Israel meluas ke berbagai negara di kawasan Timur Tengah. Dia memperingatkan, jika tidak ada tekanan serius, bukan tidak mungkin negara-negara Muslim lain akan menjadi sasaran berikutnya.
"Selama Iran diserang dan agresi masih terus berlanjut, tentu kami akan melanjutkan aksi bela diri terhadap negara kami," ujar Boroujerdi di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
"Kami berkali-kali dalam kesempatan sebelumnya menyampaikan bahwa Iran bukan Gaza yang tidak memiliki kemampuan untuk membela dirinya. Iran bukan Gaza yang mana rezim Zionis menyebar luaskan kelaparan di tengah Gaza, membunuh anak-anak dan perempuan," sambung dia.