REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Kantor Media Pemerintah di Gaza menuduh militer Israel melakukan apa yang mereka sebut sebagai kejahatan genosida yang mengerikan terhadap anak-anak. Kantor media itu juga melaporkan bahwa 490 anak telah dibunuh Israel selama 20 hari terakhir dalam gelombang serangan tanpa henti.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Ahad (6/4/2025), Kantor Media Pemerintah di Gaza melukiskan gambaran yang mengerikan tentang situasi tersebut.
“Kita sedang hidup dalam mimpi buruk di mana seluruh keluarga dihapuskan, masa kanak-kanak terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka, dan babak baru kegelapan sedang dituliskan dalam sejarah kejahatan terburuk umat manusia."
Pernyataan tersebut mengklaim bahwa skala kekerasan dan jumlah anak-anak yang dibunuh Israel menunjukkan adanya kebijakan Israel yang disengaja dan sistematis untuk menargetkan anak-anak Palestina di Gaza. Selama periode ini, kata pernyataan tersebut, total korban wafat akibat serangan udara Israel telah mencapai 1.350 orang.
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengutuk keras apa yang disebutnya sebagai kekerasan sistematis yang sedang berlangsung terhadap anak-anak dan warga sipil, dan menyebutnya sebagai bagian dari kampanye genosida yang lebih luas terhadap rakyat Palestina.
Kantor media tersebut menyerukan kepada komunitas global, termasuk organisasi-organisasi hukum, kemanusiaan, dan pemerintah dunia untuk berdiri dan bersuara menentang kekejaman tersebut.
Kantor tersebut juga menempatkan tanggung jawab langsung kepada Israel, serta negara-negara yang dituduhnya mendukung atau membiarkan Israel melakukan genosida khususnya Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman. Dikatakan bahwa dukungan atau kebungkaman mereka merupakan bentuk keterlibatan, yang akan tetap menjadi tanda permanen pada warisan sejarah mereka.
“Kebungkaman dunia, penolakannya untuk meminta pertanggungjawaban penjajah tidak lebih dari keterlibatan dalam genosida yang terjadi di siang bolong,” demikian bunyi pernyataan Kantor Media Pemerintah di Gaza, dikutip dari laman Days of Palestine, Rabu (9/4/2025)
Kantor media tersebut mendesak tindakan segera dari komunitas internasional, termasuk organisasi hak asasi manusia (HAM) dan pengadilan internasional, untuk menghentikan pertumpahan darah dan memulai penyelidikan serius atas apa yang disebutnya sebagai kejahatan terhadap anak-anak dan warga sipil tak berdosa.
Acara ini diakhiri dengan sebuah pesan yang kuat: “Sejarah tidak akan melupakan kesunyian ini. Anak-anak tak berdosa yang kehilangan nyawa mereka dan darah yang membasuh rasa malu karena kelambanan akan tetap terukir dalam ingatan kolektif kita.”