REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Alquran mengungkapkan salah satu faktor penyebab kebinasaan umat dalam setiap peradaban, yaitu mereka binasa karena kemewahan para penguasa.
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Kemewahan hidup mereka tanpa ada yang mengingkari. Para penguasa itu membawa mereka kepada kemaksiatan dan tak terelakkan. Kemewahan di sini tidak termasuk yang dianugerahkan kepada hamba-hamba yang bersyukur sebagaimana Nabi Sulaiman. Dia menggunakan jin untuk pekerjaan umum dan pelayanan publik, dan tidak menggunakannya untuk pelayanan pribadi dan keuntungan diri sendiri. (QS al-Isra' ayat 16)
Abdullah al-Ja’itsan dalam artikelnya bertajuk at-Taraf Yakhtalif ‘An ats-Tsara’ dikutip dari Majallah al-Arabiyyah, menjelaskaan Islam menganjurkan sikap moderat, yaitu sikap tengah-tengah antara kemewahan yang dekat dengan makna pemborosan dan sikap hemat yang berarti kikir, pelit, atau menghalangi pelaksanaan hak-hak, bahkan hak untuk diri sendiri.
Islam memerintahkan seorang hamba untuk mengambil jatah tidurnya, memerintahkan untuk bangun dari tidurnya dan melaksanakan sholat subuh, memerintahkan untuk melaksanakan sholat malam, memerintahkan untuk berpuasa, memerintahkan untuk makan dan berbuka, memerintahkan untuk bersuci, memerintahkan untuk menikah dan mencintai istrinya, dan seterusnya, tanpa melampaui batas dalam hal yang mana pun di atas, di sisi lain bisa dikatakan:
BACA JUGA: 'Israel Telah Menjadi Bahan Tertawaan di Timur Tengah'
"Kekayaan tidak selalu atau sering kali memerlukan kemewahan. Mereka yang telah mengumpulkan kekayaan mereka dengan kerja keras, dan keringat mereka sendiri, tidak mengenal atau mentolerir kemewahan yang lembut, dan tidak bergantung pada orang lain untuk menjalankan bisnis mereka, tetapi mereka melakukan pekerjaan itu sendiri dan menemukan kebahagiaan mereka dalam hal itu, mereka adalah para pembaru yang produktif, karena tenaga kerja adalah nilai tambah, berapa pun kekayaan yang diperoleh pemiliknya dengan cara-cara yang jujur."
Oleh karena itu, Anda akan mendapati bahwa mereka yang berlatih olahraga dan unggul di dalamnya memiliki energi yang besar untuk melakukan hal-hal lain selain olahraga, yang dengannya mereka memperbaiki kehidupan mereka dan kehidupan orang lain.
