REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah meresmikan Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko di kompleks Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Piyungan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Ketua MPM PP Muhammadiyah M Nurul Yamin mengatakan, fasilitas tersebut tidak hanya menyediakan proses pemilahan dan pengolahan sampah.
Untuk memberdayakan masyarakat setempat, lanjut dia, RPPS Mardiko juga memiliki peternakan maggot serta pengolahan lanjutan sampah menjadi bahan tepat guna. Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan menyediakan peternakan ayam dengan pakan maggot di sana.
"Peluncuran Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko ini adalah hasil kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan LazisMu PP Muhammadiyah dan berbagai pihak. Ini adalah bagian dari dakwah di tingkat akar rumput,” ujar Nurul Yamin dalam keterangan yang diterima Republika, Ahad (29/12/2024).
RPPS Mardiko merupakan usaha menghadirkan transformasi atas Kelompok Pemulung Mardiko, yang didampingi oleh MPM PP Muhammadiyah sejak tahun 2016. Pendampingan ini juga dilakukan untuk merespons wacana dan realisasi penutupan TPA Piyungan, Bantul.
Keputusan pemerintah setempat untuk menutup TPA Piyungan sempat menimbulkan kegagapan hajat hidup masyarakat lokal, baik dalam aspek ekonomi maupun sosial. Dampaknya, sejumlah anggota Mardiko juga menyusut dari yang awalnya berjumlah sekira 450 orang. Terlebih lagi, orang-orang ini juga terdampak pembatasan saat pandemi Covid-19 silam.
Melihat kenyataan itu, MPM PP Muhammadiyah hadir untuk memberikan pendampingan. Hasilnya, RPPS Mardiko ini diharapkan memajukan ekonomi masyarakat lokal, khususnya seluruh anggota Mardiko.
Nama itu pun berubah maknanya. Dahulu, Mardiko adalah akronim dari Makaryo Adi Ngayogyakarta. Kini menjadi Makaryo Adi Katon.
“Ini adalah proses transformasi baru untuk pendampingan pemulung sampah,” jelas Yamin.