Kamis 19 Dec 2024 13:07 WIB

Ketum Muhammadiyah Terima Anugerah Hamengkubuwono IX

Penghargaan ini diberikan atas dedikasi Prof Haedar Nashir dalam ragam bidang.

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D (berdiri, kiri) bersama dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir (kanan) saat penyerahan Anugerah Hamengkubuwono IX di kampus UGM, DI Yogyakarta, Kamis (19/12/2024).
Foto: ist
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D (berdiri, kiri) bersama dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir (kanan) saat penyerahan Anugerah Hamengkubuwono IX di kampus UGM, DI Yogyakarta, Kamis (19/12/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menerima Anugerah Hamengkubuwono IX tahun 2024. Penyerahan penghargaan tersebut dilakukan di kampus Universitas Gadjah Mada, Daerah Istimewa Yogyakarta, hari ini.

Alumnus UGM tersebut dipandang berdedikasi dalam bidang pendidikan, sosial, politik, dan kemanusiaan. Atas penghargaan ini, Prof Haedar merasa terhormat serta menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak.

Baca Juga

Dengan rendah hati, suami Ny Dr Siti Noordjannah Djohantini tersebut menyatakan dirinya merasa belum pantas untuk menerima Anugerah Hamengkubuwono IX. Khidmatnya dalam dunia pendidikan, sosial, dan kemanusiaan masih jauh dari sempurna.

“Terima kasih saya sampaikan ke Bu Rektor (UGM), Keraton, dan tentunya ke Muhammadiyah yang telah memberi saya kesempatan untuk memperoleh Anugerah Hamengkubuwono IX ini dari UGM tercinta,” ujar Prof Haedar Nashir, seperti dikutip Republika dari rilis pers, Kamis (19/12/2024).

Selama enam tahun menyelesaikan magister dan doktor di UGM, tutur Haedar, dirinya merasa beruntung karena berada di lingkungan ilmu. Dalam masa itu, ia mendapat lima nilai yang diinternalisasikan dan dipraktikkan dalam kehidupan.

Nilai yang pertama adalah kebenaran yang berbasis pada ilmu dan terkoneksi dengan Pancasila, Agama, dan kebudayaan luhur bangsa. Saat menempuh Studi Sosiologi UGM, ia mendapatkan pemahaman bahwa kebenaran adalah nilai utama seorang ilmuwan.

“Nilai selanjutnya adalah tradisi keilmuan. UGM ini bukan sekadar kampus akademik, tetapi juga school of thought---jadi sekolah pemikiran. Jujur, saya sendiri mendapat banyak alat, metodologi yang interkoneksi,” imbuhnya.

Nilai ketiga yang dia dapatkan dari UGM adalah persatuan dalam keragaman. Kampus ini merupakan kawah candradimuka anak-anak bangsa Indonesia, yang berasal dari beragam latar belakang sosial, budaya, dan agama. Semuanya dapat tumbuh bersama dan menyerap ilmu di sini.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement