REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Istilah "Gus" adalah gelar kehormatan dalam budaya Jawa, khususnya di kalangan masyarakat pesantren.
Rais Syuriah PBNU, KH Cholil Nafis mengatakan, sebenarnya istilah ini berasal dari kata "Den Bagus," yang dalam bahasa Jawa berarti tampan, baik, atau mulia.
"Yang saya ketahui itu kan panggilan budaya Jawa. Jadi orang-orang tokoh, kaya raja gitu kan, anaknya disebut dengan Den Bagus," ujar Kiai Cholil saat ditemui Republika.co.id, di Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok, Jumat (6/12/2024) malam.
Dia menjelaskan, gelar "Gus" diberikan kepada anak laki-laki kiai atau pengasuh pondok pesantren. Hal ini menunjukkan posisi istimewa anak tersebut dalam pesantren.
Secara historis, menurut dia, istilah ini mencerminkan penghormatan terhadap kiai dan keluarganya sebagai tokoh agama yang menjadi panutan.
"Jadi itu adalah panggilan kehormatan. Nah biasanya orang yang menyandang itu memang dari keluarganya (nasabnya), bukan hasilnya sendiri," ucap Kiai Cholil.
BACA JUGA: Iran, Irak, dan Uni Emirat Arab tak akan Biarkan Suriah Jatuh di Tangan Pemberontak
Di Jawa, penghormatan terhadap tokoh agama dan keluarganya sangat dijunjung tinggi. "Gus" muncul sebagai bentuk penghormatan yang menunjukkan kedekatan dan rasa hormat kepada anak kiai.
"Jadi Gus bagian anaknya kiai, itu bagian Jawa ya, Jawa Timuran lah ya. Mungkin Jawa Tengah ada juga sebagian yang panggil gus. Tapi banyakan Jawa Timuran, bagian Barat ada," kata alumni Ponpes Sidogiri ini.