Senin 02 Dec 2024 22:08 WIB

Menghidupkan Malam dengan Amal Ibadah

Manfaatkan malam untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Menghidupkan malam dengan ibadah (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Menghidupkan malam dengan ibadah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran, Allah berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang gemar melakukan ibadah pada malam ketika umumnya manusia tidur terlelap. Mereka memanfaatkan momen ini untuk mendekatkan diri kepada Rabb semesta alam.

اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيۡلِ هِىَ اَشَدُّ وَطۡـاً وَّاَقۡوَمُ قِيۡلًا

Baca Juga

"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan" (QS al-Muzammil: 6).

Bagi sebagian besar orang, malam merupakan waktu untuk tidur dan beristirahat. Mereka telah menarik diri dari pergaulan sosial dan pekerjaannya, lantas masuk ke dalam lapis kehidupan pribadinya yang sedikit-banyak bersifat rahasia bagi orang lain.

Jika seseorang tidak beristirahat di waktu malam menandakan demikian pentingnya sesuatu itu atau besarnya tekad yang dipunyai. Artinya, apa pun yang dilakukan seseorang di malam hari akan menegaskan urgensinya ataupun menegaskan ''warna dasar'' kepribadian orang itu, baik warna yang jahat maupun warna baiknya.

Sebaliknya, seseorang tanpa aktivitas signifikan di malam hari akan hanya biasa-biasa saja alias kehidupannya nyaris tanpa renungan mendalam, tanpa sikap yang prinsipil, tanpa tekad kuat, dan tanpa penegasan warna kepribadiannya.

Ayat ke-6 surah al-Muzzammil di atas, secara tegas menerangkan kelebihan waktu malam dibandingkan waktu yang lain.

Secara kuantitatif, Alquran memberikan perhatian lebih dengan pemakaian kata al-lail (malam) beserta kata turunannya sebanyak 92 kali. Bisa dibandingkan dengan pemakaian kata an-nahar (siang) yang sebanyak 57 kali, juga pemakaian kata as-subh (subuh) sebanyak 45 kali, kata al-fajr (fajar) 24 kali, kata ad-dhuha (matahari sepenggalah naik) tujuh kali, dan kata al-'ashr (asar) lima kali, disebut dalam keseluruhan ayat Alquran.

Konteksnya tentu saja berbeda-beda, namun bisa dipahami jika faktor kuantitas ini pun sejajar dan menyiratkan kualitasnya.

 

sumber : Hikmah Republika oleh Muhammad Nasiruddin
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement