Pasukan penjaga perdamaian PBB berulang kali ditembaki selama terjadinya konflik bersenjata Israel dan gerakan Hizbullah yang berbasis di Lebanon.
Media Israel telah melaporkan bahwa Angkatan bersenjata Israel (IDF) telah meminta UNIFIL untuk menjauh dari wilayah operasi darat rezim Zionis melawan Hizbullah, yang tentu saja hal itu tidak diterima oleh pasukan penjaga perdamaian PBB.
Sebelumnya pada Kamis (10/10), UNIFIL mengatakan IDF menembakkan senjata ke menara observasi di markas besarnya di Naqoura di Lebanon selatan, menyebabkan dua penjaga perdamaian dari Indonesia terjatuh dan mengalami luka-luka.
Setelah itu, terdapat pula insiden di mana dua penjaga perdamaian lainnya, kali ini dari Sri Lanka, yang terluka pada Jumat akibat dua ledakan di dekat menara observasi di Naqoura.
Meluasnya perang di Timur Tengah dipicu pada peristiwa 7 Oktober 2023, dimana gerakan Hamas yang menguasai Jalur Gaza menyerang Israel, penjajah yang menguasai sebagian besar tanah di negeri Bangsa Palestina selama berpuluh tahun.
Serangan kilat Hamas itu kemudian dibalas Tel Aviv dengan menggempur Gaza dari udara dan darat. Aksi genosida Israel ini memicu eskalasi konflik bersenjata terburuk di wilayah kantong Palestina itu dalam beberapa dekade terakhir.
Gerakan Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah menembakkan roket melintasi perbatasan ke Israel dengan tuntutan agar mereka menghentikan agresi terhadap Jalur Gaza.
Serangan rudal Iran terhadap Israel awal bulan ini hanya meningkatkan ketegangan di kawasan.Selanjutnya pada 1 Oktober, Israel melancarkan operasi darat melawan Hizbullah di selatan Lebanon, sambil terus melakukan serangan udara dan roket.
Para pemimpin di seluruh dunia menyuarakan kekhawatiran pada pekan ini setelah PBB mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian dari misi UNIFIL di Lebanon telah berulang kali mendapat kecaman dalam permusuhan Israel-Hizbullah.