Penting diketahui, penulisan tanda baca titik yang dilakukan generasi sahabat Nabi SAW masih sangat sederhana.
Bentuk yang lebih sistematis diperkenalkan oleh Abu al-Aswad ad-Duali.
Ya, ad-Dani menduga kuat, sosok Abu al-Aswad ad-Duali sebagai yang pertama kali menuliskan titik dan merumuskan harakat serta tanwin di ujung kalimat Alquran. Dugaannya cukup berdasar. Sebab, merujuk pada riwayat yang dinukil dari Al-Utbi, Ziyad suatu kali meminta Abu al-Aswad ad-Duali untuk meletakkan tanda baca pada Alquran.
Awalnya, Ad-Duali menolak tawaran tersebut. Tetapi, ketika mendengar adanya lahn atau penyimpangan dialek dan pembacaan Alquran, Ad-Duali pun menerima tawaran tersebut. Apalagi, setelah ia mendengarkan seseorang yang telah sengaja membaca ayat ketiga dari surah at-Taubah.
Bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kata 'wa rasuluh' oleh oknum tersebut dibaca dengan harakat kasrah menjadi 'wa rosulih'.
Bacaan itu cukup membuat tersentak Ad-Duali dan tak bisa menerimanya. Jika dibaca kasrah, berarti ayat itu berarti "Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan Rasul-Nya."
Karenanya, Ad-Dauli pun menerima permintaan Ziyad untuk meletakkan tanda baca. Adapun sosok-sosok lainnya--Yahya bin Ya'mur al-'Adwani dan Nashr bin 'Ashim al-Laitsi--berperan dalam menyebarkan dan mengenalkan tanda baca titik di wilayah Bashrah, Irak. Seabad kemudian, Al-Khalil bin Ahmad menyempurnakannya dengan meletakkan tanda baca seperti hamzah dan tasydid.