Jumat 11 Oct 2024 07:19 WIB

Israel Berulang Kali Menembaki Markas Unifil, Ini Kondisi TNI yang Jadi Korban

israel serang markas Unifil

Kondisi pasukan TNI yang bertugas sebagai UNIFIL kala diserang militer Zionis Israel (IDF) di Naquora, Lebanon Selatan, Kamis (10/10/2024) pagi waktu setempat.
Foto:

Menteri pertahanan Italia Guido Crosetto pada Kamis mengecam insiden itu sebagai peristiwa yang “tidak dapat ditoleransi”.  Dia mengatakan, serangan tersebut "bukan kecelakaan”. Crosetto mengatakan dia "memprotes" menteri pertahanan Israel dan memanggil duta besar Israel atas insiden tersebut.

"Penembakan di markas besar Unifil" dan insiden lain yang melibatkan "tembakan senjata ringan" "tidak dapat ditoleransi, harus dihindari dengan hati-hati dan tegas", kata Crosetto dalam sebuah pernyataan.

Prancis juga mengatakan sedang menunggu penjelasan dari Israel setelah pasukan UNIFIL menjadi sasaran."Prancis menyatakan keprihatinannya yang mendalam setelah tembakan Israel yang mengenai Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon [UNIFIL] dan mengutuk setiap serangan terhadap keamanan Unifil," kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa tidak ada dari 700 tentaranya dalam misi tersebut yang terluka.

"Kami menunggu penjelasan dari otoritas Israel. Perlindungan pasukan penjaga perdamaian adalah kewajiban yang berlaku untuk semua pihak yang berkonflik."

Unifil, yang didirikan pada tahun 1978 dan diperluas setelah perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah, memiliki sekitar 10.500 personel, dengan negara-negara penyumbang utama termasuk Prancis, Italia, Indonesia, Malaysia, dan Ghana.

Unifil telah menyerukan gencatan senjata sejak eskalasi antara Israel dan Hizbullah pada tanggal 23 September.

Pasukan tersebut mengatakan pada Ahad bahwa mereka "sangat prihatin dengan kegiatan baru-baru ini" oleh militer Israel di dekat posisi penjaga perdamaian di Lebanon barat daya. Unifil mengungkapkan, apa yang dilakukan IDF tidak dapat diterima untuk membahayakan keselamatan pasukan penjaga perdamaian PBB yang melaksanakan tugas yang diamanatkan Dewan Keamanan".

Dalam sebuah surat kepada militer Israel tertanggal 3 Oktober dan dilihat oleh Reuters, UNIFIL telah menolak kendaraan dan pasukan militer Israel yang memposisikan diri mereka "di dekat" posisi PBB, "dengan demikian membahayakan keselamatan dan keamanan personel dan tempat UNIFIL". Pada Kamis, UNIFIL mengingatkan militer Israel bahwa setiap "serangan yang disengaja" terhadap pasukan penjaga perdamaian adalah "pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan resolusi Dewan Keamanan 1701".UNIFIL mengatakan bahwa pihaknya sedang menindaklanjuti "masalah ini" dengan militer Israel.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement