REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Ribuan pria, wanita, dan anak-anak, Ahad, memadati jalanan utama ibu kota komersial Pakistan, Karachi, untuk berunjuk rasa menentang genosida Tel Aviv terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza yang sudah berlangsung setahun sejak pecah Perang Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023.
Demonstrasi yang diselenggarakan Jamaat-e-Islami (JI), partai politik keagamaan arus utama di negara itu diisi dengan “Pawai Sejuta Al-Aqsa”. Aksi tersebut didukung oleh Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang berhaluan kiri-tengah, Majlis Wahdat-e-Muslimeen, sebuah partai politik dan agama Muslim Syiah , asosiasi perdagangan dan pengacara, serta beberapa kelompok pro-Palestina, Kristen dan Hindu.
Ribuan orang meneriakkan "Labbaik ya Aqsa" (Aqsa kami di sini) dan "Labbaik ya Gaza"(Gaza kami di sini) secara serempak sembari mengibarkan bendera Palestina dan Pakistan.
"Hentikan genosida di Gaza" demikian tertulis pada spanduk utama. Spanduk lainnya bertuliskan "Al-Aqsa, pertahananmu adalah iman kami”.
Tak hanya itu, di antara para peserta aksi, banyak juga yang membawa plakat bergambar pendiri dan pemimpin spiritual Hamas Sheikh Ahmed Yassin serta pemimpin Hamas dan Hizbullah yang gugur dalam serangan Israel, Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah.
Beberapa peserta perempuan membawa foto pemimpin Hamas Yahya Sinwar berukuran besar bertuliskan “Hamas adalah kebanggaan kami”.
Asif Khosa, seorang pemimpin PPP, mengatakan seluruh Pakistan mendukung rakyat Palestina.
“Saya bersama ratusan pekerja PPP lainnya berada di sini atas arahan ketua kami Bilawal Bhutto Zardari untuk menunjukkan bahwa kami adalah satu kesatuan dalam hal Palestina, terlepas dari perbedaan ideologi kami,” kata Kosa sambil memegang bendera partai tiga warna.
“Hati kami berdarah atas penderitaan Rakyat Palestina,” kata Yunus Sohan, pemimpin Kristen setempat, sembari menambahkan bahwa serangan pasukan Israel itu menyasar masjid dan gereja.
Berbicara dalam aksi unjuk rasa tersebut, Ketua JI, Hafiz Naeem Ur Rahman mengecam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atas “keheningan kriminalnya” terhadap pembantaian di Gaza.
Sebaliknya dia memuji negara-negara termasuk Afrika Selatan, yang mengajukan kasus genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional, serta rakyat Amerika dan Eropa yang memegang “obor keadilan”.
“364 hari telah berlalu dan perlawanan masih hidup. Kita semua akan menjaga perlawanan ini tetap hidup. Apapun yang terjadi,” kata Rahman.
Sementara itu, Presiden PPP untuk Provinsi Sindh, yang meliputi Karachi, mengkritik PBB dan komunitas internasional karena membiarkan Israel membunuhi puluhan ribu warga Palestina.