REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Safinah merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dari kalangan perempuan. Dalam bahasa Arab, namanya itu secara harfiah berarti kapal. Mengapa dinamakan demikian? Dalam kitab Mustadrak, disampaikan kisah berikut.
Pada suatu ketika, Rasulullah SAW bepergian bersama dengan beberapa sahabat.
Mereka membawa sejumlah barang yang cukup berat.
Lama kelamaan, punggung dan bahu para sahabat Nabi itu tidak kuat lagi menanggung beban. Lantas, Rasul SAW berkata kepada Qoys, yakni salah satu dari mereka.
“Bentangkanlah kainmu,” sabda beliau.
Ia pun segera melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW. Kain yang sedari tadi digenggamnya lantas dihamparkan. Kemudian, beliau menaruh barang-barang para sahabat itu di atas kain tersebut, dan mengikatnya menjadi satu buntalan.
“Bawalah! Sesungguhnya engkau (bagaikan) sebuah kapal,” sabda Nabi SAW.
Dengan patuh, Qoys melaksanakan instruksi itu. Ajaib! Barang-barang itu sama sekali tidak terasa berat di pundaknya. Para sahabat yang kelelahan terkejut menyaksikan pemandangan ini.
“Maka sejak saat itu, apabila aku memikul (barang bawaan seberat) seekor unta, dua ekor unta, atau bahkan lima unta, tidaklah kurasakan semua itu sebagai beban yang berat!” tutur Qoys. Mulai saat itu pula, dirinya sering disapa sebagai Safinah.
Bertemu singa
Kitab Al-Isti’ab memuat kisah berikut. Pada suatu ketika, Safinah berlayar dengan menumpangi sebuah kapal laut. Tiba-tiba, bahtera itu menabrak batu karang dan pecah berkeping-keping.
Safinah berupaya menyelamatkan diri agar tidak tenggelam. Dengan susah payah, dirinya mengambang di atas lautan dengan mengandalkan sebidang papan bekas bagian perahu tersebut.
“Akhirnya, aku terseret hingga ke sebuah pulau. Dengan sisa-sisa kekuatan dalam diriku, aku berjalan menyusuri pulau tersebut, hingga sampailah ke kawasan hutan belantara,” tuturnya.
Tanpa disadari, seekor singa sedang membuntutinya. Saat berbalik, Safinah terkejut bukan kepalang. Hewan liar itu mengaum keras. Binatang karnivora itu lalu mendekatinya.
Safinah berusaha tetap tenang. “Singa itu terus berputar-putar di dekatku. Maka aku katakan kepadanya, ‘Wahai Abu Haris (sebutan singa dalam bahasa Arab), aku ini bekas pembantunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,’” katanya mengenang.
Setelah Safinah mengucapkan kalimat itu, singa di hadapannya tiba-tiba tidak lagi garang. Hewan tersebut langsung menunduk dan menjadi lebih tenang daripada sebelumnya.
“Dia (singa) mendekatiku lalu mendorong-dorongku dengan bahunya, seolah-olah menuntunku hingga ke luar hutan. Aku diantarkan sampai ke pinggir sebuah jalan. Setelah itu, singa tersebut mengaum, seperti mengucapkan selamat tinggal.”