Untuk menjelaskan adanya api di lautan, Bambang Pranggono mengungkap, hal tersebut kemungkinan merupakan isyarat untuk sumber energi panas. Lautan mengandung 10 triliun ton deuterium, sejenis isotop hidrogen yang kelebihan neutron di inti atomnya.
Deuterium ini mudah dipisahkan dari air laut. Unsur kimia tersebut pun bisa menjadi bahan bakar utama bagi reaktor pembangkit energi sistem nuklir fusion, proses yang disebut lebih aman dibanding nuklir fission karena tidak mengeluarkan debu radioaktif yang berbahaya.
Panas yang ditampug kemudian menjadi uap yang akan memutar dinamo pembangkit listrik. Proses nuklir fusion ini berlangsung di matahari yang menghasilkan energi panas bagi planet-planet di sekitarnya. Dengan teknologi nuklir yang aman, laut akan mencukupi kebutuhan energi panas sedunia yang bisa menggantikan minyak bumi. Energi fosil yang kini sedang berupaya ditekan mengingat dampaknya terhadap perubahan iklim.
Bagi Bambang Pranggono, minyak bumi pada awalnya memang bisa menjawab sumpah Allah mengenai energi panas dalam lautan. Minyak bumi merupakan fosil tumbuh-tumbuhan dan binatang laut purba yang berproses terurai selam amasa yang panjang. Alhasil, minyak bumi pun merupakan produk dari lautan.
“Dan Dialah yang menundukkan lautan agar dapat kamu makan daging segar daripadanya, dan dapat kamu keluarkan perhiasan daripadanya untuk dipakai, dan kapu lihat kapal berlayar diatasnya dan agar dapat kamu cari lagi kelebihannya, dan agar kamu bersyukur. (QS An-Nahl: 14).
Energi alternatif...
Halaman selanjutnya ➡️