REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Militer Israel telah mengakui bahwa mereka tidak melindungi komunitas Kibbutz Be’eri selama serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023, dalam penyelidikan pertamanya atas kegagalan keamanannya pada hari serangan tersebut.
Lebih dari 100 orang tewas dalam serangan di Be’eri, sebuah komunitas berpenduduk sekitar 1.000 orang, dan 32 orang ditawan di Gaza, 11 di antaranya masih ditahan di Gaza.
Militer Israel mengatakan pada Kamis (11/7/2024) bahwa penyelidikan tersebut memeriksa rangkaian peristiwa, pertempuran, dan perilaku pasukan keamanan pada hari itu.
Meskipun mengakui kegagalannya dalam melindungi warga sipil Kibbutz, militer Israel memuji keberanian warga Be’eri, termasuk tim tanggap cepatnya.
Militer Israel tidak siap menghadapi skenario infiltrasi besar-besaran pejuang Hamas ke Israel, tidak memiliki pasukan yang memadai di daerah tersebut, tidak memiliki gambaran yang jelas tentang peristiwa tersebut hingga siang hari. Beberapa jam setelah serangan dimulai, tidak memperingatkan penduduk Be'eri dengan baik, dan pertempurannya tidak terkoordinasi, demikian hasil investigasi tersebut.
Namun penyelidikan tersebut tidak menemukan kesalahan dalam penembakan tank terhadap sebuah rumah di mana para pejuang menahan sekitar 15 orang, sebuah insiden yang menuai kritik di Israel karena telah membahayakan warga sipil.
“Setelah terdengar suara tembakan dari dalam rumah dan Hamas mengumumkan niat mereka untuk membunuh diri mereka sendiri dan para sandera, pasukan memutuskan untuk menyerbunya untuk menyelamatkan para sandera,” demikian laporan ringkasan militer Israel, dikutip dari laman Aljazeera, Jumat (12/7/2024),
Tim menemukan bahwa warga sipil di dalam rumah tidak terluka oleh tembakan tank, demikian ringkasannya. Namun, mereka berargumentasi bahwa penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui bagaimana para sandera di dalamnya tewas, dengan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka dibunuh oleh orang-orang bersenjata.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant pada Kamis menyerukan penyelidikan negara atas kegagalan keamanan dalam serangan 7 Oktober 2023.
Dia mengatakan penyelidikan harus menyelidiki Gallant sendiri dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Netanyahu telah menolak seruan sebelumnya untuk melakukan penyelidikan negara.
Militer menyampaikan laporannya kepada warga Be’eri, banyak di antara mereka adalah puluhan ribu warga Israel yang masih mengungsi sejak serangan 7 Oktober, yang memicu perang Israel di Gaza.
“Saya tidak membutuhkan semua rincian ini,” kata Miri Gad Mesika, seorang anggota Kibbutz.
“Yang penting bagi saya adalah mengapa kejadian ini terjadi, bagaimana kita dapat mencegah hal itu terjadi lagi, bagaimana kita dapat membawa kembali sandera dan bagaimana kita dapat merasa aman kembali,” ujarnya.