Sabtu 06 Jul 2024 09:47 WIB

Israel Kewalahan di Gaza dan Peringkat Militernya di Dunia

Israel mengalami situasi sulit untuk melanjutkan perang melawan Hamas dan sekutunya.

Rep: Fitriyan Zamzami, Nashih Nasrullah/ Red: Erdy Nasrul
Sejumlah anjing liar mendekati tank Israel di Gaza beberapa waktu lalu.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pihak Israel dan Hamas akan berunding dalam waktu dekat yang difasilitasi Qatar. Mereka membicarakan kesepakatan gencatan senjata. IDF atau militer Israel dikabarkan kesulitan, bahkan salah perhitungan saat menyerang Hamas dan kelompok perlawanan di Palestina, sehingga mengakibatkan militer nomor ke-17 di dunia versi Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) Inggris, itu kualahan.

Sebagaimana info yang beredar di dunia maya, selalu ada konten pasukan perlawanan Palestina yang membombardir kendaraan lapis baja Israel, seperti tank Merkava yang merupakan kendaraan militer terbatas, alias tidak dijual bebas di pasaran. Kabarnya ini merupakan tank yang super canggih. Tapi ternyata hancur lebur oleh pasukan Hamas dan Saraya al-Quds yang hanya berjalan kaki membawa senjata antitank.

Baca Juga

Belum lagi kecerobohan pasukan IDF Israel yang berkerumun di titik terbuka di tengah reruntuhan bangunan. Sementara itu pasukan perlawanan berada di dalam reruntuhan memonitor mereka. Di saat lemah, pasukan perlawanan menghabisi mereka dengan mudah.

Reputasi militer Israel semakin tercoreng karena aksi mereka yang membabi buta membombardir Gaza, Rafah, dan Tepi Barat, yang mengakibatkan ribuan anak dan balita, wafat. Kemudian banyak lagi orang-orang terluka akibat peristiwa tersebut.

Kemudian sistem pertahanan yang katanya paling canggih, iron dome, ternyata banyak dirusak pasukan Hizbullah. Hal itu mengakibatkan peluru kendali Hizbullah berhasil menerobos masuk dan meledakkan area Israel. Juga menimbulkan kepanikan massal.

Suara Hamas

Hamas sudah menyampaikan pembicaraan dan gagasan positif untuk pemulihan Gaza pascaserangan militer Israel. Di dalamnya terdapat poin pertukaran tawanan yang menguntungkan kedua pihak. Pembicaraan positif ini perlu ditindaklanjuti dan tentunya disepakati pihak Israel.

Namun, merujuk the Wall Street Journal (WSJ), masukan positif dari Hamas bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kebangkitan perundingan gencatan senjata. Gerakan tersebut sebelumnya bersikap positif dan fleksibel selama proses negosiasi yang dimediasi.

Menurut WSJ, kesalahan dalam perhitungan medan perang oleh Israel telah membuat para analis menyimpulkan bahwa militer dan lembaga keamanan Israel mendorong pemerintah Israel yang dipimpin Benjamin Netanyahu untuk menyelesaikan kesepakatan dengan Perlawanan Palestina.

“Waktu terus berjalan dan semua pihak menyadari bahwa waktu tidak menguntungkan mereka, terutama pihak Israel,” kata Ofer Shelah, mantan anggota parlemen Israel dan analis militer di Institut Israel untuk Studi Keamanan Nasiona” (INSS), sebagai dikutip oleh WSJ.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement