Sabtu 15 Jun 2024 09:52 WIB

Haji Akbar untuk Putra Sang Fajar

Sukarno mendapatkan predikat Haji Akbar.

Rep: Karta Raharja Ucu/ Red: Muhammad Hafil
Bung Karno saat menunaikan haji pada 1955.
Foto: dok kaskus
Bung Karno saat menunaikan haji pada 1955.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Sengatan matahari di Padang Arafah menyambut para tamu Allah pada 29 Juli 1955 yang akan melaksanakan wukuf di puncak haji. Dari jutaan umat Islam di Arafah, saat itu terselip seorang Muslim yang sangat mencintai Rasulullah dari Indonesia yang ikut bertafakur di hari suci umat Islam tersebut. Dia adalah Ir Soekarno, presiden pertama RI.

Tahun itu semua jamaah yang melaksanakan wukuf di Arafah mendapatkan predikat Haji Akbar. Soekarno termasuk di dalamnya.

Baca Juga

Haji Akbar adalah istilah yang diberikan jika puncak musim haji atau wukuf Padang Arafah bertepatan dengan hari Jumat. Wukuf dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajar pada 10 Zulhijah yang merupakan puncak dari ibadah haji. Pelaksanaan haji akbar ini dianggap istimewa karena Shalat Jumat dan wukuf bisa dilakukan langsung dalam sehari.

Soekarno pun mendapatkan keberkahan Haji Akbar. "Di hari Jumat tahun 1955 aku menjalankan ibadah haji di Mekkah. Naik haji di hari yang suci ini membikin seseorang menjadi Haji Akbar, Haji Besar. Ini menandakan bahwa orang mempunyai jiwa keagamaan tujuh kali lebih dalam daripada manusia biasa rata-rata,” ujar Soekarno dalam buku Penyambung Lidah Rakyat.

Namun, meski berstatus sebagai Presiden Indonesia, Soekarno perlu waktu selama enam hari untuk sampai ke Tanah Suci. Berangkat pada Juli 1955 dari Jakarta, Bung Karno harus menempuh perjalanan panjang menggunakan pesawat dengan transit di banyak negara, antara lain Thailand, Singapura, India, Irak, Mesir, dan Uni Emirat Arab.

Sampai di Jeddah 26 Juli 1955, Soekarno melanjutkan perjalanan ke Mekkah. Menyandang kain ihram Soekarno melaksanakan umroh sebelum puncak Haji.

Pada 28 Juli 1955 sore, Bung Karno berangkat menuju Arafah untuk wukuf pada esok harinya. Pada 29 Juli 1995 malam, Bung Karno berpindah ke Muzdalifah untuk mabit. Di sini pula dia mengumpulkan batu untuk melontar jumroh.

Tepat tengah malam, Soekarno menuju Mina. Pada hari Raya Idul Adha, Bung Karno melontarkan jumroh Aqobah.

Rangkaian ibadah Haji belum rampung. Bung Karno menuju ke Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf Iffadah dan Sai.

Setelah itu rombongan Bung Karno menuju Mekkah untuk tawaf dan sai. Usai tawaf dan sai, Bung Karno beserta rombongan bertolak ke Mina, pada 31 Juli 1955 sore, Bung Karno kembali melontar jumroh di tiga tugu Ulla, Ustho, dan Aqobah, sebagai representasi setan yang menggoda Ibunda Hajar. Selesai tahalul dan rangkaian ibadah hajinya pun sempurna.

Bung Karno dan rombongan juga berkesempatan melihat penyucian Ka'bah dan penggantian kain yang menyelimutinya yakni kiswah. Kehadiran Putra Sang Fajar, presiden yang memimpin negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia ke Arab Saudi membuat negeri Petro Dolar tersebut super sibuk.

Selama di Arab Saudi, Soekarno diantarkan menggunakan mob Chrysler Crown Imperial. Melihat Soekarno yang jatuh cinta dengan kendaraan mewah tersebut, Raja Saudi, King Saud bin Abdulaziz pun menghadiahkan mobil tersebut kepada Soekarno.

“Presiden Soekarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah tuan pakai selama berada di sini. Sekarang, saya menyerahkan kepada tuan sebagai hadiah,” kata Bung Karno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement