REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah didukung oleh Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah (Lazis) Muhammadiyah menyediakan program konseling, penyembuhan trauma, hingga pelatihan bagi 200 pemuda Palestina.
Pelatihan tersebut untuk menjadi agen perubahan dan melakukan diplomasi tanpa kekerasan dalam program peacebuilding lab.
“Jadi nanti di peacebuilding lab, ada sesi-sesi di mana kita menyediakan konseling untuk trauma healing, misalnya melalui storytelling (cerita atau dongeng), katarsis (pelepasan emosi), menceritakan bagaimana perasaan mereka kehilangan dan ketidakadilan yang menimpa mereka, tetapi juga dalam pelatihan-pelatihan itu akan ditumbuhkan kemampuan untuk melihat peluang dan harapan,” kata Pemimpin Program sekaligus Sekretaris LHKI PP Muhammadiyah Yayah Khisbiyah dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (27/5/2024).
Yayah menjelaskan, tujuan utama program peacebuilding lab yakni memperjuangkan pemberdayaan dan inklusi kaum muda sebagai katalis transformasi konflik dan memperkuat keamanan manusia bagi pengungsi dan korban perang, khususnya dari Gaza.
“Program ini diharapkan dapat berkontribusi dalam proses bina damai yang dilakukan oleh berbagai mitra dan pemangku kepentingan untuk masa depan Palestina merdeka yang berkeadilan dan berkemakmuran,” ucapnya.
Ia mengatakan 200 pemuda Palestina tersebut akan fokus dilatih dengan kampanye-kampanye edukatif yang sarat dengan kedamaian dan lebih berkelanjutan.
“Kita akan melatih agen-agen perubahan, jadi tidak melulu berupa kemarahan atau frustrasi, tetapi mengambil jalan yang antikekerasan, apa pun bentuknya apakah itu membentuk dialog dengan pihak-pihak yang berbeda misalnya, atau berupa kampanye edukatif tentang mencari alternatif atau solusi perdamaian yang tidak menggunakan kekerasan dan yang lebih berkelanjutan,” tuturnya.
Inisiatif program peacebuilding lab tersebut akan fokus pada beberapa kegiatan. Pertama, mengembangkan kapasitas kaum muda dan perempuan dalam dialog multikultural dengan pendekatan antikekerasan dan kemampuan diplomasi untuk penyelesaian konflik.
Kedua, peningkatan kesadaran melalui media untuk memerangi ujaran kebencian, misinformasi, stereotip dan diskriminasi. Ketiga, menguatkan resiliensi psikososial melalui konseling psikoedukasi pemulihan trauma perang.
Keempat, advokasi kebijakan melalui kampanye global untuk Gaza atau Palestina. Terakhir, yakni melakukan kunjungan timbal-balik antara PP Muhammadiyah dengan delegasi mitra pemangku kepentingan Palestina ke Jakarta-Yogyakarta (Indonesia), dan ke Tepi Barat-Ramallah (Palestina).
Adapun program peacebuilding lab tersebut akan dimulai pada Juni 2024 dan dilakukan uji coba selama enam bulan, kemudian dievaluasi untuk keberlanjutan programnya.