REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi tidak akan menghadiri pertemuan para menlu G20 yang digelar di Rio de Janeiro, Brazil pada 21-22 Februari 2024. "Menteri Luar Negeri Wang Yi, karena kepadatan jadwalnya, tidak dapat menghadiri pertemuan tersebut dan telah menunjuk Wakil Menteri Luar Negeri Ma Zhaoxu untuk mewakili China," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning saat menyampaikan keterangan rutin kepada media di Beijing, China pada Rabu (21/2/2024).
G20 atau Group of Twenty adalah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia terdiri dari 19 negara dan satu lembaga Uni Eropa. G20 merupakan representasi lebih dari 60 persen populasi dunia, 75 persen perdagangan global dan 80 persen PDB dunia.
"G20 adalah forum utama kerja sama ekonomi internasional, bukan platform untuk menyelesaikan masalah geopolitik dan keamanan. Ini adalah konsensus G20," ungkap Mao Ning. Ia berharap, pertemuan para menteri luar negeri akan membantu meningkatkan solidaritas dan kerja sama serta berkontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi global.
Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Prancis, China, Turki dan Uni Eropa. Sejumlah menteri luar negeri negara anggota G20 lain sudah mengonfirmasi kehadirannya dalam pertemuan tersebut antara lain Menlu Korea Selatan Cho Tae-yul, Menlu AS Antony Blinken, Menlu Jepang Yoko Kamikawa, Menlu Rusia Sergey Lavrov hingga Menlu Indonesia Retno Marsudi.
Di sela-sela forum G20, Menlu Retno direncanakan akan melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Brazil Mauro Vieira. Dalam diskusi tersebut, keduanya membahas berbagai isu, termasuk kerja sama ekonomi dan situasi di Gaza.
Presidensi G20 Brazil 2024 yang dimulai pada 1 Desember 2023 terdiri dari 15 kelompok kerja (working group) dan melibatkan dua belas kelompok masyarakat di luar pemerintah (engagement group). Tiga prioritas utama Presidensi adalah: (1) Pendirian aliansi global memerangi kelaparan dan kemiskinan; (2) Mobilisasi global mengatasi perubahan iklim; dan (3) Tata kelola dunia (global governance).
Presiden Brazil Lula Da Silva dalam kepemimpinannya di G20 berniat membentuk network of networks melalui aliansi global. Aliansi ini akan menggerakkan lembaga-lembaga internasional dunia yang memiliki program mengatasi kelaparan dan kemiskinan, seperti Food and Agricultural Organization (FAO), WFP, dan Bank Dunia melalui tiga pilar, yakni nasional, keuangan, dan pengetahuan. Brazil berambisi menghadirkan koordinasi global dalam memerangi kelaparan dan kemiskinan dengan berbagi pengalaman keberhasilan, bantuan teknis, dan keuangan antarnegara.