Jumat 02 Feb 2024 10:29 WIB

Cina Bela Badan PBB untuk Pengungsi Palestina 

Beijing mengingatkan, peran UNRWA sangat dibutuhkan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Suasana di luar kantor UNRWA di Jalur Gaza.
Foto: Anadolu Agency
Suasana di luar kantor UNRWA di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina menyerukan negara-negara yang memutuskan menangguhkan pendanaan kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mempertimbangkan lagi konsekuensi atas tindakan mereka. Beijing mengingatkan, peran UNRWA sangat dibutuhkan, terlebih perang di Jalur Gaza masih berlangsung.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin mengungkapkan, UNRWA telah melakukan upaya penting dan tak tergantikan dalam meringankan situasi kemanusiaan di Gaza. Dia mengatakan, dua pertiga dari dua juta warga Gaza menerima bantuan dari UNRWA. “Memastikan berjalannya UNRWA secara normal dan tertib berarti menjaga jaminan hidup paling mendasar bagi masyarakat di Gaza dan harapan terakhir bagi para pengungsi yang hampir putus asa,” ucapnya.

Baca Juga

Wang pun menyinggung tentang dugaan keterlibatan sejumlah staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu sebagai alasan negara-negara menangguhkan pendanaannya ke lembaga tersebut. Wang mencatat, PBB telah meluncurkan penyelidikan dan mengambil tindakan sehubungan dugaan tersebut. “Kami mendukung PBB dalam melakukan penyelidikan yang independen, adil dan objektif,” ujarnya.

Kendati demikian, Cina, kata Wang, menolak hukuman kolektif terhadap UNRWA dan masyarakat Palestina yang bergantung padanya. Kami menyerukan kepada komunitas internasional, khususnya donor-donor besar, untuk memprioritaskan kehidupan masyarakat di Gaza, mempertimbangkan kembali keputusan untuk menangguhkan pendanaan, dan terus mendukung pekerjaan UNRWA,” ucap Wang.

“Kita tidak boleh menyangkal semua pekerjaan UNRWA hanya karena tindakan individu-individu tertentu. Kita tidak boleh membiarkan hukuman yang lebih kolektif terhadap masyarakat di Gaza. Kita tidak boleh berdiam diri dan melihat situasi kemanusiaan di Gaza semakin buruk,” tambah Wang.

Belasan negara, termasuk di dalamnya Jerman, Swiss, Italia, Kanada, Finlandia, Australia, Inggris, Belanda, Amerika Serikat (AS), Prancis, Austria, dan Jepang, telah menangguhkan pendanaan mereka untuk UNRWA. Langkah itu diambil sebagai respons atas dugaan adanya 12 staf UNRWA yang terlibat dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. UNRWA telah mengumumkan bahwa mereka sudah memutuskan kontrak dengan para staf terkait.

Jika aliran pendanaan disetop, UNRWA terancam tidak bisa lagi menyalurkan bantuan kepada para pengungsi Palestina, termasuk mereka yang berada di Jalur Gaza, setelah akhir Februari. “Jika pendanaan tidak dilanjutkan, UNRWA tidak akan dapat melanjutkan layanan dan operasinya di seluruh wilayah, termasuk di Gaza, setelah akhir Februari,” kata seorang juru bicara UNRWA, Senin (29/1/2024).

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengaku terkejut bahwa beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Australia, Inggris, Prancis, dan Kanada, memilih membekukan pendanaan untuk lembaganya sebagai tanggapan atas dugaan keterlibatan staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu. “Akan sangat tidak bertanggung jawab jika memberikan sanksi kepada sebuah badan dan seluruh komunitas yang dilayaninya karena tuduhan tindakan kriminal terhadap beberapa individu, terutama pada saat perang, pengungsian dan krisis politik di wilayah tersebut,” kata Lazzarini, Ahad (28/1/2024) lalu, dikutip laman Anadolu Agency.

Lazzarini mengingatkan, UNRWA adalah lembaga kemanusiaan utama di Gaza. Dia menyebut lebih dari dua juta orang di Gaza bergantung pada UNRWA untuk kelangsungan hidup mereka.

“Banyak yang kelaparan karena waktu terus berjalan menuju bencana kelaparan yang akan terjadi. Badan ini mengelola tempat penampungan bagi lebih dari 1 juta orang dan menyediakan makanan serta layanan kesehatan dasar bahkan pada puncak permusuhan,” ungkapnya.

“Saya mendesak negara-negara yang telah menangguhkan pendanaan mereka untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka sebelum UNRWA terpaksa menghentikan respons kemanusiaannya. Kehidupan masyarakat di Gaza bergantung pada dukungan ini dan begitu pula stabilitas regional,” tambah Lazzarini.

Israel tidak sekali menuduh staf-staf UNRWA bekerja atau terlibat dalam operasi Hamas. Hal itu menjadi dalih bagi Israel untuk menyerang fasilitas-fasilitas UNRWA di Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement