Jumat 19 Jan 2024 16:33 WIB

Tanggapi Gus Nadir Soal PBNU tidak Netral, Begini Jawaban Gus Yahya  

Gus Yahya menyatakan, pernyataan Gus Nadir adalah prasangka.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan pernyataan Gus Nadir adalah prasangka
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan pernyataan Gus Nadir adalah prasangka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tokoh muda Nahdlatul Ulama, Prof Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir, mengeklaim bahwa seluruh pengurus PBNU dikumpulkan di salah satu hotel di Surabaya, Jawa Timur dan diarahkan mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024. 

Selain petinggi PBNU, sejumlah pengurus PWNU dan PCNU juga hadir. Klaim tersebut disampaikan Gus Nadir saat berbincang di acara Mojok yang dipandu  Putut EA.

Baca Juga

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, klaim yang disampaikan Gus Nadir hanya sebuah prasangka. Menurut Gus Yahya, tidak ada bukti apa pun bahwa apa yang dikatakan Gus Nadir benar-benar terjadi.

"Saya kira itu prasangka. Dan prasangka itu tidak bisa jadi pengangan," ujar Gus Yahya dalam jumpa pers, di Gedung PBNU, Kramat Raya, Jakarta, Kamis (18/1/2024).

 

Gus Yahya tak akan menggubris secara serius klaim Gus Nadir tersebut. Ia mengatakan siapaun boleh berprasangka. Ia pun tak menampik dirinya akan selalu menjadi korban prasangka. Namun, yang pasti, Gus Yahya menegaskan bahwa PBNU telah menetapkan parameter bagi pengurusnya pada momen Pilpres 2024.

Ia menuturkan secara kelembagaan NU tidak terlibat dalam dukung mendukung salah satu paslon capres-cawapres. "Kalau pribadi, tentu kita tidak berhak menghalangi, siapapun itu," kata Gus Yahya.

Ia mengatakan, PBNU telah menetapkan parameter yang harus dipegang erat oleh seluruh pengurus di lingkungan PBNU agar tidak terlibat dalam politik praktis. Sedangkan mereka yang terlibat harus non aktif sampai proses Pemilu 2024 selesai.

"Jadi kalau sudah resmi maka dia harus nonaktif dari jabatannya sebagai ketua umum Muslimat NU," ujar Gus Yahya.

Ia mengakui sudah ada sejumlah pengurus PBNU yang terlibat dalam tim pemenangan salah satu pasangan capres-cawapres 2024. Mereka, menurut Gus Yahya telah nonaktif dari kepengurusan.

Ia juga menyoroti pengurus NU baik tingkat kabupaten maupun provinsi yang mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif. Jika mereka adalah pengurus mandataris yakni ketua atau Rais Aam maka mereka harus mengundurkan diri. Ia tak menampik beberapa pengurus NU mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif.

"Dan sebentar lagi PBNU akan mengeluarkan SK dengan list yang terperinci tentang para pengurus yang nonaktif maupun yang harus mengundurkan diri dari jabatannya karena keterlibatan dalam Pemilu," kata Gus Yahya.

Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya

Saat ini, lanjut Gus Yahya, PBNU tengah mencatat siapa saja pengurus NU dari berbagai tingkatan yang terlibat pada Pemilu 2024. Namun sejauh ini, katanya sudah ada puluhan pengurus NU yang terlibat.

Suara NU selalu menjadi incaran para politisi untuk mendulang suara setiap Pemilu tiba. Pasalnya, ormas Islam ini mempunyai puluhan juta pengikut. Sehingga salah satu caranya adalah menggaet tokoh-tokoh dari kalangan NU.

Khofifah yang juga Gubernur Jawa Timur salah satu tokoh NU berpengaruh. Sebagai Ketum Muslimat NU beberapa periode tentu mempunyai modal menggerakkan kaum perempuan untuk mengarahkan ke salah satu paslon pada Pilpres 2024. Rahmat Fajar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement