Jumat 19 Jan 2024 15:41 WIB

Houthi Jamin Kapal Dagang Rusia dan Cina Aman Lintasi Laut Merah 

Serangan terhadap kapal yang berhubungan dengan Israel akan terus berlanjut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Pejuang bersenjata Houthi mengunjungi kuil pejuang Houthi yang terbunuh, di Sanaa, Yaman, (17/1/2024).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Pejuang bersenjata Houthi mengunjungi kuil pejuang Houthi yang terbunuh, di Sanaa, Yaman, (17/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Kelompok Houthi Yaman mengatakan, mereka tidak akan menargetkan kapal dagang Rusia dan Cina di Laut Merah. Sejak November tahun lalu, Houthi telah puluhan kali menyerang kapal-kapal dagang yang melintasi wilayah perairan tersebut.

Dalam wawancara yang diterbitkan oleh media Rusia, Izvestia, pada Jumat (18/1/2024), pejabat senior Houthi, Mohammed al-Bukhaiti, menegaskan bahwa perairan di sekitar Yaman, yang kini dihindari oleh beberapa perusahaan pelayaran, aman untuk kapal-kapal selama mereka tidak terhubung dengan negara-negara tertentu, khususnya Israel. “Sedangkan negara-negara lain, termasuk Rusia dan Cina, pengiriman mereka di kawasan ini tidak terancam,” katanya.

Baca Juga

“Selain itu, kami siap memastikan keselamatan perjalanan kapal mereka di Laut Merah, karena navigasi bebas memainkan peran penting bagi negara kami,” tambah al-Bukhaiti. Dia menekankan, serangan terhadap kapal-kapal yang berhubungan dengan Israel akan terus berlanjut.

Al-Bukhaiti mengungkapkan, kapal-kapal yang sudah menjadi sasaran serangan Houthi adalah mereka yang mengabaikan perintah untuk memutar haluan saat berlayar di Laut Merah. “Ansar Allah (nama resmi Houthi-red) tidak bertujuan untuk menangkap atau menenggelamkan kapal laut ini atau itu. Tujuan kami adalah meningkatkan biaya ekonomi bagi Israel untuk menghentikan pembantaian di Gaza,” ucapnya.

Al-Bukhaiti membela aksi kelompoknya membajak dan menahan kapal Galaxy Leader, sebuah kapal dagang yang terkait dengan seorang pengusaha Israel, pada November tahun lalu. Dia mengatakan, penahanan kapal tersebut dimaksudkan agar kapal-kapal lain dapat memperhatikan dan mengikuti instruksi Houthi di Laut Merah.

Al-Bukhaiti meyakinkan bahwa saat ini semua awak Galaxy Leader dalam keadaan baik-baik saja. “Kami menyambut mereka dengan hangat,” ujarnya. Pada Selasa (16/1/2024) lalu, Amerika Serikat (AS) kembali meluncurkan serangan udara ke Yaman.

AS menghancurkan empat rudal balistik anti-kapal milik kelompok Houthi yang siap diluncurkan. Sejak pekan lalu, AS sudah melancarkan serangan militer ke Yaman. Serangan pertama diluncurkan bersama Inggris pada 11 Januari 2024.

Serangan kedua dilakukan pada 13 Januari 2024. Kedua serangan itu membidik fasilitas-fasilitas milik Houthi. Serangan tersebut merupakan tanggapan AS karena Houthi mengancam akan terus menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah dan Teluk Aden.

Pada Senin (15/1/2024), kapal kargo jenis bulker bernama Gibraltar Eagle yang dimiliki dan dioperasikan AS diserang menggunakan rudal oleh Houthi saat sedang berlayar di Teluk Aden. Operator kapal Gibraltar Eagle, Eagle Bulk Shipping, mengungkapkan, Gibraltar Eagle terhantam proyektil tak dikenal saat berlayar 100 mil dari Teluk Aden.

“Akibat hantaman tersebut, kapal itu mengalami kerusakan ringan pada ruang kargo, tapi stabil dan sedang menuju keluar dari area tersebut,” kata Eagle Bulk, seraya menambahkan bahwa Gibraltar Eagle membawa muatan produk baja.

Serangan rudal ke Gibraltar Eagle merupakan balasan Houthi atas serangan militer AS dan Inggris ke Yaman. Houthi telah berjanji akan memperluas sasarannya di wilayah Laut Merah dengan mencakup kapal-kapal AS. Mereka pun telah menyatakan siap terlibat pertempuran terbuka dengan Negeri Paman Sam.

Sejak pertengahan 19 November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik atau menuju pelabuhan Israel. Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina.

Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut. Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman.

Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement