Kamis 18 Jan 2024 08:25 WIB

Kremlin: Rusia Kian Perkuat Hubungan dengan Korut

Pengembangan dilakukan di berbagai bidang, termasuk yang sensitif.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov berbicara kepada wartawan di Moskow, Rusia, pada 23 Desember 2021.
Foto: AP Photo
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov berbicara kepada wartawan di Moskow, Rusia, pada 23 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia mengembangkan hubungan dengan Korea Utara (Korut) di semua bidang. Termasuk di bidang-bidang yang "sensitif."

Menteri Luar Negeri Korut Choe Son-hui memuji hubungan dekat dengan Rusia sebelum menggelar pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin di Kremlin pada Selasa (16/1/2024). Pemimpin Korut Kim Jong-un mengundang Putin untuk mengunjungi negara tertutup yang memiliki senjata nuklir tersebut.

Baca Juga

Saat ditanya mengenai pertemuan di Moskow, Peskov mengatakan situasi di Semenanjung Korea turut dibahas. Tapi fokusnya adalah pengembangan hubungan bilateral. "Republik Demokratik Rakyat Korea merupakan mitra kami yang sangat penting, dan kami fokus pada pengembangan lebih lanjut hubungan kami di semua bidang, termasuk bidang-bidang sensitif," kata Peskov, Rabu (17/1/2024).

Putin memperdalam hubungan dengan Korut sejak ia mengirimkan pasukan ke Ukraina pada 2022 lalu. Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya juga mengecam apa yang mereka sebut peningkatan signifikan pengiriman rudal Korut ke Rusia untuk membantu perang Moskow di Ukraina.

Baik Rusia maupun Korut berulang kali membantah kritik tersebut. Moskow mengatakan mereka akan mengembangkan hubungan pada negara manapun yang menginginkannya dan kerja sama dengan Pyongyang tidak melanggar kesepakatan internasional.

Rusia gencar mempublikasikan upayanya memperkuat hubungan dengan Korut termasuk hubungan militer. Kedua negara sudah menjalin hubungan sejak 1948 ketika Uni Soviet mendukung pendirian Korut.

Bagi Putin yang mengatakan Rusia terkunci perang eksistensial dengan Barat, memiliki hubungan dengan Kim Jong-un memungkinkannya dapat menyerang Washington dan sekutu-sekutu AS di Asia. Sambil mengamankan pasokan artileri untuk perang di Ukraina.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement