REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Jurnalis Indonesia (Ikaji) resmi dideklarasikan di Gedung Radio Republik Iindonesia (RRI), Rabu (13/12/2023). Ketua Ikaji Rommy Fibri Hardiyanto mengatakan, untuk meningkatkan mutu Jurnalis Indonesia Ikaji siap berkolaborasi dengan siapapun terutama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
"Ikaji siap Berkolaborasi dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dalam program apapun dan kapanpun" ungkapnya.
Deklarasi Ikaji dihadiri sejumlah pejabat dan tokoh penting. Selain Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Dadang Kahmad., M.Si, hadir Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah Prof. Dr. Muchlas M.T, Ketua Umum PP Ikaji Rommy Fibri, Ketua KPI Pusat Ubaidillah, Direktur Lembaga Uji Kompetensi Wartawan UMJ, Ketua Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) Piyu Padi, Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa, dan tokoh lainnya.
Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan, ada lima peran yang bisa dilakukan organisasi kewartawanan, yaitu sebagai pendidik, pelurus informasi, muahhid atau pemersatu, mujaddid atau pembaharu, dan berperan sebagai pejuang kebenaran.
Dadang mengatakan, pihaknya mengapresiasi lahirnya Ikaji. Menurutnya, Muhammadiyah seperti halnya NU, Persis, dan organisasi Islam lainnya adalah gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Sejak awal, Muhammadiyah berhubungan erat dengan jurnalisme. "KH Ahmad Dahlan menerbitkan buletin dan majalah berbahasa Jawa," ucapnya.
Kemudian pada 1915, Haji Fachrodin mendirikan Suara Muhammadiyah (SM). Saat ini, SM sudah berusia 108 tahun. Bahkan, mendapat penghargaan sebagai media paling tua dan masih terbit sampai saat ini di Indonesia.
Muhammadiyah sangat berkaitan erat dengan dunia jurnalisme. "Karena dakwah adalah jurnalisme. Menyebarkan informasi kepada masyarakat, dan mengajak orang berbuat baik. Jadi, kelahiran Ikaji sangat penting untuk Muhammadiyah," jelas Guru Besar Sosiologi Agama di UIN Bandung itu.
Menurut dia, Ikaji tidak hanya untuk Muhammadiyah, tapi inklusif untuk semua. "Sebenarnya agak terlambat, tapi Alhamdulillah kita bisa deklarasikan. Tidak hanya jurnalis Muhammadiyah, tapi semua jurnalis yang mempunyai pikiran seperti jurnalis Muhammadiyah dalam menyebarkan amar ma’ruf nahi munkar," ungkapnya.