REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel pada Senin (4/12/2023) menaikkan level peringatan bepergian yang mencakup 80 negara, di tengah serangan besar-besaran yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Dewan Keamanan Nasional Israel (NSC) dalam pernyataannya mengatakan, langkah tersebut diambil menyusul meningkatnya ancaman dari Iran dan kelompok Hamas serta upaya-upaya penyerangan terhadap Yahudi dan warga Israel di seluruh dunia.
Dewan itu mendesak warga Israel untuk berpikir dua kali jika perlu bepergian ke luar negeri dalam beberapa minggu ke depan dan mengingatkan mereka mengikuti rekomendasi keamanan.
Dewan juga menyerukan para warga Israel agar tidak menunjukkan identitas mereka sebagai Yahudi maupun Israel saat berada di luar negeri. Di bawah arahan keamanan baru, negara-negara Arab dan wilayah Kaukasus Utara dianggap wilayah berisiko tinggi.
Negara-negara di Eropa Barat, seperti Inggris, Prancis, Jerman, maupun negara-negara di kawasan lain seperti Rusia, Brasil, Argentina, dan Australia berada dalam peringatan tingkat 2 sebagai negara yang perlu diwaspadai.
Sementara, peringatan tingkat 3 meliputi negara-negara Afrika Selatan, Eritrea, Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhstan, dan Kirghizstan. Jumat lalu, Israel kembali melancarkan serangan militer di Jalur Gaza setelah jeda kemanusiaan selama seminggu dengan Hamas berakhir.
Sebanyak 15.899 warga Palestina gugur dan lebih dari 42 ribu luka-luka dalam serangan udara dan darat tanpa henti di Gaza sejak 7 Oktober setelah Hamas melancarkan serangan lintas batas. Sementara itu, menurut data resmi, korban jiwa di pihak Israel mencapai 1.200 orang.