Jumat 17 Nov 2023 19:19 WIB

Tiga Siswa Surabaya Bawa Pulang 15 Medali The World Scholar’s Cup 2023

Ada empat jenis lomba pada event yang diselenggarakan di Yale University, AS.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Tiga siswa Sekolah Ciputra berhasil membawa pulang lebih dari 15 medali pada ajang The World Scholars Cup 2023 yang digelar di Amerika Serikat pada awal November 2023. Ketiganya adalah Ezekiel Shawn Wondo, Nathasia Angeline, dan Nadya Valerie Onggo.
Foto: dokpri
Tiga siswa Sekolah Ciputra berhasil membawa pulang lebih dari 15 medali pada ajang The World Scholars Cup 2023 yang digelar di Amerika Serikat pada awal November 2023. Ketiganya adalah Ezekiel Shawn Wondo, Nathasia Angeline, dan Nadya Valerie Onggo.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tiga siswa Sekolah Ciputra berhasil membawa pulang lebih dari 15 medali pada ajang The World Scholar’s Cup 2023 yang digelar di Amerika Serikat pada awal November 2023. Ketiganya adalah Ezekiel Shawn Wondo, Nathasia Angeline, dan Nadya Valerie Onggo.

Ada empat jenis lomba pada event yang diselenggarakan di Yale University, Amerika Serikat tersebut. Yakni lomba debat, karya tulis, scholar's bowl, hingga scholar’s challenge.

Ezekiel mengatakan, kompetisi yang diikuti timnya tersebut tidak hanya tentang eksakta tetapi juga beragam topik lainnya seperti ilmu budaya, sejarah, literatur, seni, hingga musik, dalam pandangan secara dunia.

"Awalnya yang paling menarik buat saya adalah debat, ternyata yang lain juga seru. Lewat lomba ini kita jadi banyak pengalaman," kata dia, Jumat (17/11/2023).

Ia menjelaskan, dalam kompetisi debat, tim mendapat waktu 15 menit untuk menyusun argumen dan sumber mereka terkait topik yang diberikan oleh panitia secara acak. Ezekiel dan tim juga harus memperhatikan ketepatan waktu, struktur kalimat, intonasi, public speaking, dan keakuratan atau bukti dari sumber konten yang disampaikan.

"Kita membahas tentang pro artificial intelligence (AI) dalam edukasi. Misalnya belajar sejarah melalui tokoh sejarawan AI bahkan mungkin bisa debat dengan tokoh AI tersebut. Topik AI ini banyak dibahas, dan ada juga topik-topik lain," ujarnya.

Pada ajang tersebut, dilombakan juga lomba karya tulis dengan tema-tema berbeda, dengan tema besar soal sejarah, sain, dan literatur. Ezekiel mengaku kompetisi lainnya juga tak kalah menantang. Kekompakan, kreativitas, wawasan, dan disiplin waktu terus diasah selama mengikuti kompetisi internasional tersebut.

Nathasia Angeline tak menampik timnya menemui beberapa kesulitan selama mengikuti perlombaan tersebut. Namun, kata dia, selama komunikasi tim berjalan baik, hambatan-hambatan yang ada bisa diselesaikan.

"Kita mencoba untuk support satu sama lain dan kita juga harus berpikir bahwa kompetisi ini seperti pengalaman buat kita. Jadi bisa lebih enjoy," kata dia.

Selama 12 hari, Nathasia dan kawan-kawan harus beradu wawasan dengan siswa lainnya dari berbagai negara. Kesempatan ini diakuinya menjadi pengalaman yang tidak ternilai. Selain untuk menambah wawasan, ia juga bisa menambah jaringan dengan siswa dari berbagai negara di dunia.

"Sebelum kompetisi kita sering belajar bersama, mengenal satu sama lain dan itu membuat penampilan kita dalam kompetisi lebih bagus dan saling tahu bagaimana cara kita bekerja dan sangat membantu untuk kolaborasi," ucapnya.

Nadya Valerie Onggo mengaku timnya mempersiapkan lomba tingkat internasional tersebut selama berbulan-bulan. Namun perjuangan tersebut terbayar setelah timnya mampu membawa pulang 15 medali.

"Tidak hanya hasilnya tapi prosesnya yang sudah kami bangun, sudah sangat berharga buat kami. Hasil dari proses itu yang akan selalu kami bawa untuk terus tumbuh," kata Nadya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement