Senin 06 Nov 2023 20:23 WIB

Ponpes Fathul Ulum, Jadi Lumbung Padi di Kota Santri

Pesantren ini memang dikonsepkan untuk pengembangan ekonomi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
 Kegiatan pertanian di DSA Ponpes Fathul Ulum, Kabupaten Jombang.
Foto: Dokumen
Kegiatan pertanian di DSA Ponpes Fathul Ulum, Kabupaten Jombang.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pertanian terpadu dan kaderisasi petani muda kini juga menjadi bagian dari pengembangan ekonomi di pesantren. Salah satu pesantren yang menjadi mercusuar kedua program tersebut adalah Pondok Pesantren Fathul Ulum di Desa Sanan dan Desa Puton, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

Inovasi integrated farming system (Sistem Pertanian Terpadu) yang dikembangkan oleh Fathul Ulum ini meliputi sistem pertanian, perikanan, dan peternakan dengan prinsip pertanian organik yang ramah lingkungan dengan zero waste atau tanpa limbah.

Melalui sistem ini, pupuk organik untuk budi daya hortikultura dan pakan ikan didapatkan dari kotoran hewan ternak. Begitu juga hasil limbah dari budi daya perikanan dapat dijadikan pupuk cair untuk pertanian.

Pengasuh Ponpes Fathul Ulum KH Ahmad Habibul Amin menjelaskan pesantren yang dibinanya ini memang dikonsepkan untuk pengembangan ekonomi yang dijalankan langsung oleh para santri. Para santri di ponpes tersebut diajarkan untuk belajar berwirausaha, salah satunya dengan menjalankan pertanian.

"Para santri diajari untuk menjadi SDM yang mapan. Jadi bagaimana pesantren menciptakan santri yang mandiri, next bisa menjadi owner dan bisa adaptif setelah keluar dari ponpes," ujar KH Ahmad Habibul Amin kepada Republika.

Dengan tujuan ini, bersama pengembang sistem pertanian terpadu, Rizki Hamdani, Ponpes Fathul Ulum membentuk Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM). Menciptakan para santri yang memiliki skill mumpuni dalam berwirausaha agribisnis tentunya menjadi tujuan utama dari KSTM ini.

Para santri yang tergabung dalam KSTM akan mendapatkan ilmu agribisnis hingga pemasarannya. Rizki dan KH Ahmad Habibul Amin sepakat bahwa mengajarkan para santri mengenai skill bertahan hidup melalui agribisnis menjadi fokus utama program mereka.

Harapannya mereka bisa menciptakan usaha yang dapat menjadi sumber penghasilan mereka, hingga membuka lapangan pekerjaan baru. "Kita berpedoman bahwa tidak jadi sebuah kegagalan untuk pesantren kalau santrinya lulus tidak jadi guru ngaji, tapi pesantren akan gagal kalau santri yang lulus dari pesantren tidak jadi apa-apa dan tidak bisa apa-apa," ujar Rizki.

Ponpes Fathul Ulum kemudian menjadi salah satu binaan CSR dari PT Astra International Tbk dan menjadi Desa Sejahtera Astra (DSA) Fathul Ulum. Saat ini ada sekitar 40 KSTM yang telah dibina oleh Rizki melalui DSA Fathul Ulum.

Tidak semata-mata meregenerasi petani, tujuan dibentuknya KSTM ini juga untuk menciptakan kemandirian ekonomi pesantren, yang telah berhasil dirasakan oleh Ponpes Fathul Ulum. Mulanya budi daya unggas dan hortikultura, kini KSTM menghasilkan omzet hingga ratusan juta dengan beternak hewan ruminansia seperti domba dan kambing.

KH Ahmad Habibul Amin mengungkapkan, hasil dari sistem pertanian terpadu yang dikelola secara mandiri oleh Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP), memiliki omzet hingga hampir Rp 500 juta sebulan. Menurutnya, ini adalah bukti bahwa sektor pertanian yang ditekuni oleh para santri dapat mendulang hasil yang menjanjikan.

"Jadi kalau pemerintah serius menciptakan regenerasi petani, pesantren siap," kata dia.

Potensi besar di Kota Santri

Untuk mendapatkan omzet yang demikian besar tersebut, ponpes juga melakukan sinergi dengan masyarakat yakni bekerjasama dengan gabungan kelompok tani (gapoktan) di wilayah sekitar Ponpes. Ada sebanyak 14 desa pertanian yang dibina dengan berbagai komoditas pertanian.

Seperti budi daya bebek, domba dan sapi, lele, produksi telur asin, pertanian sorgum, produksi pupuk organik, dan maggot (larva pengurai sampah organik). Menurutnya, kebutuhan konsumsi di pesantren seluruh Jombang seharusnya dapat dipenuhi oleh petani lokal dan pesantren produsen seperti Ponpes Fathul Ulum.

Apalagi terdapat lebih dari 100 pesantren di Jombang. Akan tetapi, kebutuhan seluruh ponpes tersebut belum selalu dapat dipasok oleh petani lokal. Padahal kebutuhan pangan ponpes bisa mencapai puluhan ton untuk ponpes besar seperti Tebu Ireng.

"Maka kami petakan mana pesantren produsen dan konsumen, sinergi dengan masyarakat, sehingga dapat memasok kebutuhan pesantren," jelasnya.

Hasil pertanian mereka telah merambah pasar lokal dan regional Jawa Timur. Bahkan dapat meningkatkan pendapatan petani sorgum hingga mencapai Rp 60 juta per bulan.

Saat ini, sistem pertanian terpadu di DSA Fathul Ulum berhasil melibatkan 220 orang sebagai tenaga kerja dan 531 orang masyarakat yang terpapar program. Kesejahteraan masyarakat setempat yang mayoritas adalah petani, juga mengalami peningkatan.

Pendapatan mereka tercatat naik hingga sebesar 94 persen dengan tingkat serapan produk di pasaran lokal atau regional Jatim sebesar 100 persen. Tidak cukup sampai di situ, DSA Fathul Ulum belum lama ini menggagas dan meluncurkan Pesantren Produksi Pangan Indonesia (P3I) bekerja sama dengan Kpw Bank Indonesia Jatim.

Melalui program ini, para petani mendapatkan pinjaman modal, tanpa bunga, yang nantinya bisa dicicil setelah panen. Program ini diharapkan dapat memperluas lagi dukungan bantuan untuk para petani di Jombang dan Jatim yang masih keterbatasan dana dan alat-alat mesin pertanian (alsintan).

"Mereka kan banyak yang belum punya dana dan alat, jadi harapan kami bisa diberi dukungan untuk alatnya. Harapannya petani dapat harga gabah lebih tinggi, pondok dapat harga beras lebih rendah," kata dia.

KH Habibul Amin menambahkan upaya yang dilakukan DSA Fathul Ulum ini diharapkan dapat menjadi bagian dari dakwah melalui pemberdayaan ekonomi dan sektor pertanian. "Jadi dakwahnya tidak hanya membangun jasmani dan rohani, tapi juga ekonomi," tegasnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement