Ahad 22 Oct 2023 13:46 WIB

Hari Santri Nasional, Al-Washliyah: Pesantren Benteng Moral Indonesia

Hari Santri Nasional menunjukkan peran santri dan pesantren

Rep:  Mabruroh, Dadang Kurnia  / Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah santri melintas di depan baliho ketika menghadiri apel Hari Santri Nasional (HSN) 2023 di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/10/2023). Kegiatan yang dihadiri sejumlah pejabat pemerintah hingga tokoh ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta ribuan santri tersebut mengangkat tema Jihad Santri, Jayakan Negeri.
Foto: ANTARA FOTO/ZABUR KARURU
Sejumlah santri melintas di depan baliho ketika menghadiri apel Hari Santri Nasional (HSN) 2023 di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/10/2023). Kegiatan yang dihadiri sejumlah pejabat pemerintah hingga tokoh ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta ribuan santri tersebut mengangkat tema Jihad Santri, Jayakan Negeri.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Peringatan Hari Santri Nasional dilakukan setiap 22 Oktober. Hari santri ini diperingati, sebagai bentuk penghargaan atas peran dan jasa para santri dan kiai, dalam sejarah bangsa Indonesia.  

Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Al-Jam'iyatul Washliyah, KH Masyhuril Khamis, hari santri ini juga dimaknai sebagai bagian dari perjuangan anak Bangsa, perjuangan untuk kemajuan peradaban Negeri. Selain itu, juga sebagai bentuk penghargaan negara atas peranan pendidikan yang lahir dari pesantren-pesantren di seluruh Nusantara. 

Baca Juga

 "Hari santri juga sebagai ungkapan terima kasih Bangsa ini untuk peranan Pendidikan Islam, lebih khusus pendidikan di Pesantren," kata Kiai Masyhuril kepada Republika.co.id, Ahad (22/10/2023).

Menurut Kiai Masyhuril, dalam kondisi apapun bangsa ini, di tengah perubahan dan tantangan global yang semakin masif, peran penting pesantren tidak akan pernah tergerus oleh zaman. Dalam kondisi apapun, kata dia, pesantren adalah benteng moral dan akhlak.

Karenanya, Kiai Masyhuril berharap, agar peran lembaga pendidikan agama baik di madrasah maupun di pesantren-pesantren salafi atau modern, agar terus didukung dan diperhatikan negara.

"Dalam kondisi apapun, Pesantren adalah benteng moral dan akhlak Bangsa yang efektif, karenanya lembaga pendidikan Madrasah, Pesantren, wajib terus didukung, diperhatikan agar peran sertanya untuk Negeri ini lebih dihargai," ujar Kiai Masyhuril.

"Sebab peran menjaga moral anak kita ke depan salah satunya adalah dari kaum santri dan pesantren," tambahnya.

Dia sangat yakin, jika para santri ini adalah generasi yang akan selalu menjaga akhlak dan moral bangsa ini. "Pendidikan pesantren sudah terbukti lebih efektif untuk mendidik generasi untuk lebih berakhlak, di saat mana kondisi moral generasi ini terdegradasi, itulah salah satu peranannya," terang Kiai Masyhuril.

Di tempat terpisah, Presiden Joko Widodo menjadi pembina pada upacara peringatan Hari Santri 2023 yang digelar di Tugu Pahlawan, Surabaya, Ahad (22/10/2023). Jokowi pun mengapresiasi kiprah santri yang menjadi pilar kekuatan bangsa sejak zaman perjuangan kemerdekaan hingga saat ini.

"Santri pilar kekuatan bangsa, pondasi kekokohan bangsa, sudah terbukti sejak zaman perjuangan," kata Jokowi dalam amanatnya.

Jokowi mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar. Di seluruh wilayah Indonesia terdapat 36 ribu yang menurutnya merupakan sebuah kekuatan besar sekaligus penentu masa depan bangsa.

"Jumlah pesantren yang sangat banyak menjadi kekuatan besar penentu masa depan bangsa, penentu lompatan kemajuan bangsa, dan penentu keberhasilan mencapai cita-cita," ujar Jokowi.

Baca juga: Secarik Alquran Bertuliskan Ayat As-Saffat Ditemukan di Puing Masjid Gaza, Ini Tafsirnya

Dalam amanatnya, Jokowi pun menceritakan awal mula tercetusnya Hari Santri. Hal itu bermula dari kunjungannya ke salah satu pesantren di Malang-Jawa Timur sebelum menjabat sebagai presiden. Saat itu, ada usulan dari para kiai dan santri untuk mencetuskan Hari Santri.

"Saat itu saya belum presiden. Setelah terpilih jadi presiden, permohonan yang saya ingat dari pesantren di Malang, kita kaji dan tindaklanjuti. Lalu kita putuskan adanya Hari Santri lewat Keputusan Presiden nomor 22 tahun 2015. Sejak itu kita punya Hari Santri," kata Jokowi.

Dia menjelaskan, 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri merujuk pada seruan Resolusi Jihad dari Hadratusy-Syaikh Romo Kyai Haji Hasyim Asy'ari. Resolusi itu antara lain menegaskan bahwa melawan penjajah itu wajib, fardu ain, dan meninggal berperang melawan musuh itu hukumnya mati syahid.

"Ini fatwa luar biasa sehingga kita semua, termasuk para santri terus berjuang untuk kepentingan bangsa, negara, dan umat," ujar Jokowi.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement