Kamis 05 Oct 2023 22:45 WIB

Sumber Air Minum di AS Terkontaminasi Racun, Jutaan Orang Berisiko Kena Kanker

Setidaknya ada tujuh kontaminan yang terkandung di dalam air minum di AS.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Penelitian menemukan ada dua atau lebih kontaminan yang berada di sumber air penduduk AS.
Foto: www.freepik.com
Penelitian menemukan ada dua atau lebih kontaminan yang berada di sumber air penduduk AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar orang Amerika menganggap bahwa air yang keluar dari keran mereka bersih dan aman untuk diminum. Namun, sebuah studi baru dari ilmuwan University of New Mexico memperingatkan bahwa air dari banyak sumur dan sistem air masyarakat mengandung kontaminan beracun yang tidak aman sehingga membuat jutaan orang terancam risiko kesehatan, termasuk kanker.

Kajian yang dipublikasikan di Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di tanah adat atau di komunitas minoritas terkena dampak yang tidak proporsional. Peneliti juga memperkirakan bahwa perubahan iklim akan mempersulit pencarian sumber air minum yang aman.

Baca Juga

Makalah ini mengkaji tujuh kontaminan yang diketahui sering masuk ke dalam air minum yaitu arsenik, fracking fluids, timbal, nitrat, produk sampingan desinfeksi yang diklorinasi, bahan kimia buatan manusia yang dikenal sebagai PFAS (per- and polyfluoroalkyl), dan uranium. Kemampuan untuk mendeteksi dan menghilangkan zat-zat ini dari air minum sangat bervariasi.

Sebagian besar zat-zat tersebut, termasuk arsenik anorganik, nitrat, uranium dan timbal, diketahui atau dicurigai sebagai karsinogen. Sementara paparan kronis terhadap sebagian besar kontaminan tersebut telah dikaitkan dengan sejumlah masalah lain, termasuk masalah neurologis dan perkembangan.

"Beberapa di antaranya seperti uranium, arsenic, bahkan nitrat adalah hal yang umum. Mereka biasanya muncul di air tanah, dan terkadang itu adalah sumber yang dapat di akses,” kata profesor di departemen Ilmu Farmasi University of New Mexico, Johnnye Lewis, seperti dilansir Phys, Kamis (5/10/2023).

Kontaminan lain seperti cairan fracking dan PFAS, diperkenalkan oleh manusia dan mewakili risiko yang belum dipetakan. Sebagai contoh, PFAS dapat bertahan di lingkungan selama beberapa dekade tanpa terurai, sebuah masalah yang belum diatasi hingga saat ini.

"Saya rasa memang ada kekhawatiran, namun tidak dalam skala seperti ini dan belum sampai pada tahap seperti sekarang. Ini seperti kebanyakan hal yang kita lakukan sebagai masyarakat. Anda mengambil tindakan terlebih dahulu dan kemudian mencari cara untuk memperbaikinya. Itu biasanya merupakan strategi yang buruk,” kata Lewis.

Tujuh kontaminan tersebut mewakili sebagian kecil dari ribuan zat kimia yang ada di dalam air minum. Peneliti juga menemukan ada dua atau lebih kontaminan yang mungkin ada di sumber air, menghadirkan kemungkinan efek sinergis.

"Kami baru saja mulai menemukan metode yang baik untuk menilai apa yang dilakukan oleh campuran tersebut. Selalu ada banyak ketidakpastian, karena campuran tidak sama di satu komunitas dengan komunitas lainnya,” jelas dia.

Sistem air yang lebih besar memiliki kemampuan untuk menghilangkan atau mengencerkan konsentrasi beberapa kontaminan, tetapi banyak orang Amerika yang tidak memiliki perlindungan minimal.

Para peneliti memperkirakan ada sekitar 150 ribu sistem air publik di AS, sekitar sepertiganya adalah sistem air komunitas yang melayani sekitar 320 juta orang Amerika atau 95 persen dari populasi. 91 persen dari sistem air masyarakat melayani kurang dari 10 ribu orang mencakup 52 juta orang secara keseluruhan, sementara lebih dari 43 juta orang Amerika mengandalkan sumur pribadi untuk air minum.

Para penulis mengatakan bahwa makalah mereka menyoroti perlunya upaya kolektif untuk berinvestasi dalam meningkatkan infrastruktur air minum, memperkuat standar air minum, mengembangkan dan menerapkan pengolahan air yang lebih baik, mengumpulkan dan menyebarluaskan data pemantauan, serta memerlukan pengujian keamanan kimia yang lebih ketat.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement