Jumat 22 Sep 2023 12:37 WIB

Universitas Pertahanan Gandeng Prancis dan Swedia Siapkan Mitigasi Krisis Air

Krisis air di Indonesia memerlukan penanganan efektif cegah timbulnya dampak negatif.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Krisis air di Indonesia memerlukan sejumlah langkah mitigasi, salah satunya dengan meningkatkan ketahanan air.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Krisis air di Indonesia memerlukan sejumlah langkah mitigasi, salah satunya dengan meningkatkan ketahanan air.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUPATEN BOGOR -- Perubahan iklim dan krisis air ini memerlukan penanganan yang efektif untuk memitigasi dampak negatif yang timbul. Salah satunya dan terutama adalah dengan meningkatkan ketahanan air di seluruh Indonesia.

Rektor Universitas Pertahanan RI Mayor Jenderal TNI Jonni Mahroza mengatakan bahwa ketahanan air diharapkan dapat menjawab tantangan penurunan ketahanan pangan di Indonesia, seperti produksi padi yang diproyeksikan turun lebih dari 25 persen (2020-2045) di berbagai provinsi seperti Kalimantan Utara, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara. Pulau Jawa dan Sumatra, yang merupakan pusat produksi beras, juga diperkirakan mengalami penurunan sebesar 10 persen hingga 17,5 persen.

Baca Juga

"Meningkatkan ketahanan air dapat membantu pertanian, termasuk produksi padi, mengatasi tantangan perubahan iklim dan menjaga ketahanan pangan di Indonesia. Hal ini juga sangat penting untuk mengurangi dampak ekonomi negatif yang diperkirakan mencapai Rp 77,9 triliun akibat penurunan produksi padi yang disebabkan oleh perubahan iklim," kata Jonni Mahroza pada seminar Water Security Technology for Indonesia, di Universitas Unhan, Kabupaten Bogor, Jumat (22/9/2023).

Dalam rangka mengantisipasi krisis air yang akan datang, Universitas pertahanan RI bekerja sama dengan berbagai institusi dan perusahaan dalam dan luar negeri untuk mengembangkan ketahanan air di Indonesia. Dalam kesempatan ini, Universitas Pertahanan RI yang diwakilkan oleh Rektor Universitas Pertahanan RI, Mayor Jenderal TNI Jonni Mahroza melakukan penandatangan MoU dengan tiga perusahaan, yaitu Osmosun dan Ellipse Projects dari Prancis, serta Blue Water dari Swedia.

Osmosun perusahaan asal Prancis, memiliki teknologi yang menggunakan energi surya sebagai sumber daya utama untuk proses desalinasi air. Osmosun akan bekerja sama dengan Universitas Pertahanan RI dalam melaksanakan program akses air untuk pulau-pulau terpencil, daerah yang sulit mendapatkan pasokan air bersih, serta komunitas yang tidak memiliki akses mudah ke sumber air tawar di Indonesia.

Adapun Blue Water, perusahaan asal Swedia memiliki solusi air darurat yang dirancang khusus untuk situasi darurat seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, atau konflik yang mengancam nyawa. Blue Water menandatangani MoU dengan Universitas Pertahanan RI untuk menjalin kerja sama guna meningkatkan akses terhadap air bagi masyarakat Indonesia di daerah yang terkena dampak bencana atau konflik. Solusi ini memungkinkan tim tanggap darurat untuk dengan cepat mendapatkan akses ke air bersih yang murni, bahkan dari sumber air yang sangat tercemar.

Ellipse projects perusahaan asal Perancis, juga menandatangani MoU dengan Universitas Pertahanan RI untuk melakukan program penelitian digital bersama ketahanan air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement