Selasa 15 Aug 2023 10:56 WIB

7 Perang Perjuangan Indonesia yang Dilandasi Nilai Islam

Islam menjadi bagian penting dari semangat perlawanan dan perjuangan rakyat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Pangeran Diponegoro
Foto:

3. Perang Aceh (1873-1904)

Ini adalah perang panjang antara Kesultanan Aceh dan pemerintah kolonial Belanda. Selama perang ini, nilai-nilai Islam juga berperan penting dalam memotivasi rakyat Aceh untuk melawan penjajahan Belanda.

Perang Aceh-Belanda ini dimulai pada 1873 sampai 1904. Meskipun Kesultanan Aceh menyerah pada Januari 1904, tetapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus berlanjut.

Perang yang berlangsung lebih dari tiga dekade itu melahirkan tokoh-tokoh perjuangan, seperti Sultan Mahmud Syah, Sultan Muhammad Daud Syah, Panglima Polem, Teungku Cik di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, dan Cut Meutia.

4. Perang Banjar (1859-1905)

Perang ini adalah konflik antara Kesultanan Banjar dan Belanda. Selama perang ini, pemimpin-pemimpin Muslim Banjar juga berusaha mempertahankan kemerdekaan dan nilai-nilai Islam. Inilah perang yang amat menentukan bagi jatuhnya Kalimantan Selatan di bawah kekuasaan kolonialisme Belanda.

Perang Banjar adalah peperangan yang terjadi di Banjarmasin pada masa kerajaan Islam dan penjajahan Belanda. Sejak pertengahan abad ke-19, masyarakat dari pelbagai golongan di Kesultanan Banjar tidak menyukai campur tangan Belanda.

Pangeran Antasari muncul sebagai salah satu tokoh utama dalam perang di tanah Borneo ini. Gelarnya yaitu Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Dalam perang ini, Pangeran Antasari bahkan berhasil menyatukan Banjar dan Dayak dengan spirit perlawanan terhadap penjajah.

5. Geger Cilegon (1888)

Pemberontakan melawan Belanda juga terjadi di wilayah Banten, dengan elemen-elemen Islam yang turut berperan. Perang yang dikenal dengan Geger Cilegon ini termasuk perlawanan yang paling fenomenal di Banten pada masa penjajahan, tepatnya pada 9-30 Juli 1888.

Ini adalah sebuah peristiwa sejarah yang disebut salah satu peristiwa penyerangan masyarakat tani terbesar setelah usainya Kesultanan Banten 1813 oleh VOC dan sebelum terjadinya peristiwa Kaum Tani 1926 di Anyer. Peristiwa ini juga dipelopori oleh beberapa ulama di Banten.

Dalam bukunya, Banten dalam Pergumulan Sejarah, Nina Herlina Lubis mengungkapkan peran empat tokoh guru tarekat yang ikut memelopori Geger Cilegon 1888. Mereka adalah Haji Abdul Karim alias Kiai Agung, Haji Marjuki, Haji Wasid, dan Haji Tubagus Ismail. Dengan hadirnya ulama, maka nilai-nilai Islam tentu membakar semangat perjuangan rakyat Banten kala itu.

Perang Aceh...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement