REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir bukan sekadar kawasan dengan berbagai situs purbakala di dalamnya. Negeri itu menjadi saksi bisu perjalanan para kekasih dan orang kepercayaan Allah.
Nabi Ibrahim dahulu datang bersama Sarah, kemudian bertemu dengan Hajar di sana. Mereka kemudian mengembara menuju Baitul Maqdis.
Cicit Ibrahim juga dikenal sebagai petinggi dinasti Mesir yang masyhur dengan keahliannya menafsirkan mimpi, kesabaran menjalani cobaan hidup, dan kemuliaan berupa penghormatan dari berbagai pihak. Dia adalah Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi yang dikenal memiliki tampang yang rupawan.
Musa juga menginjakkan kaki di sana, membersamai Bani Israil. Anak angkat Fir'aun itu membawa Bani Israil keluar dari Mesir menuju Palestina.
Semuanya sama-sama mendidik para hamba Allah untuk menambah wawasan sehingga iman mereka semakin mantap kepada Allah. Narasi yang disampaikan adalah hidup harus dijalani dengan disertai keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah semata.
Kini pesan takwa itu dilanjutkan, terus disampaikan banyak orang dan lembaga di Mesir. Di negeri para nabi, pesan tersebut menggema, menyentuh batin ribuan pelajar di sana. Kelak mereka akan meneruskan pesan tersebut kepada orang banyak di bumi tempat mereka berdakwah.
Assalam Fil Alamin Foundation (ASFA), lembaga sosial yang berkecimpung dalam penggerakkan filantropi dan pembangunan sumber daya manusia adalah salah satunya. Lembaga yang diinisiasi oleh Komjen (Pur) Syafruddin Kambo ini mengetuk hati para aghniya dan muhsinun untuk berzakat dan berwakaf. Zakat disalurkan kepada dhuafa dan mustahiq untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meringankan derita yang mereka hadapi.
Sedangkan wakaf dikelola untuk menggerakkan program beasiswa para kader lembaga pendidikan dari berbagai daerah di Nusantara. Sebagian dari mereka adalah peserta didik di kampus yang berusia lebih dari seribu tahun dan berada di bumi para nabi, Universitas Al Azhar Mesir.
Di sanalah ASFA bersama Rektorat Universitas Al Azhar meluncurkan program beasiswa untuk mahasiswa Indonesia pada Ahad (6/8/2023). Acara itu dihadiri oleh Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Purn) Dr. Syafrudin Kambo dan Rektor Universitas Al-Azhar Prof. Dr. Salamah Daud.
Para tokoh juga hadir di sana. Mereka adalah Duta Besar RI Dr Lutfi Rauf, Penasihat Grand Syaikh Urusan Mahasiswa Asing, Prof Nahlah Sobri As-Suaidy, Sekjen Akademi Riset Al-Azhar, Prof Nadhir Ayyad, Wakil Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Pusat Prof Muhammad Husein Al-Mahrasawi yang juga mantan Rektor Al-Azhar.
Lainnya adalah Penasihat Grand Syaikh Abdurrahman Musa dan Prof Abdu Daim, Wakil Rektor Al-Azhar Bidang Pascasarjana Prof Mahmud Sidiq, Rektor Universitas Darussalam (Unida) Gontor Prof Hamid Fahmy Zarkasyi, Wakil Rektor Unida Gontor Dr Abdul Hafidz Zaid at-Tamimi, Ketua Dewan Pengawas Syariah Lazis ASFA KH Dr Anang Rikza Masyhadi dan Ketua Nadzir Wakaf ASFA Irjen Pol (Purn) Mas Guntur Laupe, MH serta jajaran pengurus Yayasan ASFA lainnya.
Acara yang digelar di Gedung Al-Azhar Convention Center (ACC) tersebut dihadiri oleh 2500 mahasiswa Indonesia dari jenjang S1-S3. Ketua ASFA Foundation Haji Syafrudin Kambo dalam orasinya sebagai keynote speaker mengingatkan peluang dan tantangan bangsa Indonesia menghadapi bonus demografi pada 2030 hingga 2045.
"Pemuda hari ini memiliki nilai strategis karena merekalah yang nanti akan mengisi ruang-ruang peran kebangsaan pada 2045. Karenanya, mereka perlu disiapkan dari sekarang," kata Wakapolri periode 2016-2018.
Haji Syafrudin menegaskan bahwa ASFA Foundation salah satu fokusnya adalah pengembangan sumber daya manusia bangsa Indonesia. Beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al-Azhar Kairo adalah kader-kader pesantren dan lembaga pendidikan Islam, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sumber daya insani di masa depan dan memperkuat kelembagaan.
Pihaknya memohon doa para hadirin di sana agar ASFA diberkahi Allah, menjadi lembaga yang istikamah mendorong sumber daya manusia berkualitas. Juga menjadi inspirasi gerakan filantropi yang membersamai para dhuafa hingga mereka berubah menjadi pezakat dan pewakaf.
Gerakan semacam ini merupakan kesungguhan pihaknya untuk mendorong gerakan Pemerintah Indonesia melahirkan Indonesia Emas 2045. Dalam keadaan itu nantinya, Indonesia diharuskan memiliki SDM yang berdaya saing tinggi dan siap diterjunkan mewarnai kehidupan yang serba digital dengan berbagai tantangan yang ada.
Senada, Rektor Al-Azhar Prof. Salamah Daud menegaskan bahwa Al-Azhar memberi beasiswa kepada seluruh mahasiswanya dari berbagai bangsa, termasuk dari Indonesia. Menurutnya, Al-Azhar menyambut baik setiap mahasiswa yang ingin menimba ilmu agar kelak mereka dapat menyebarkan risalah Islam yang wasatiyah yang diajarkan oleh Al-Azhar.
Rektor Al-Azhar mengapresiasi peran Lazis ASFA melalui beasiswa-beasiswa yang diberikan kepada para mahasiswa. Menurutnya, memberi beasiswa kepada mahasiswa pada hakekatnya adalah sedang berinvestasi kebaikan untuk dunia akhirat, yang pahalanya terus akan mengalir dan tiada terputus. Hal tersebut karena membekali mahasiswa dengan ilmu dan pengetahuan, yang dapat menjamin keberlangsungan peradaban agama Islam.
Rektor Al-Azhar juga mengapresiasi dan membanggakan mahasiswa Indonesia yang menurutnya memiliki banyak keunggulan, terutama pada kesungguhannya dalam belajar dan pada ketinggian akhlak dan sopan santunnya.
Apresiasi yang sama juga diungkapkan oleh Penasehat Grand Syaikh Prof. Dr. Nahlah As-Shaidy. Kerjasama seperti ini yaitu antara Al-Azhar dan ASFA dapat menjadi model kolaborasi strategis dalam membangun SDM umat di masa depan.
Al-Azhar menurutnya, adalah lembaga pendidikan bereputasi tinggi, yang terus melahirkan para ilmuwan dan ulama sejak lebih dari 1000 tahun yang lalu.
Sementara itu, Sekjen Akademi Riset Al-Azhar Prof. Nadhir Ayyad menyimpulkan bahwa melalui peran-peran seperti yang dilakukan oleh Al-Azhar dan Lazis ASFA, menunjukkan bahwa peran-peran strategis keumatan khususnya pengembangan dan percepatan SDM sebaiknya dilakukan bersama dan kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak khususnya lembaga filantropi.
Prof. Al-Mahrasawi juga menyatakan bahwa umat Islam mestinya menjadi umat yang cerdas, karena wahyu pertama dalam Al-Quran adalah perintah membaca. Pihaknya mendorong para mahasiswa untuk banyak membaca sehingga memiliki khazanah ilmu yang cukup untuk melakukan peran-peran di masa depan.