Selasa 27 Jun 2023 00:07 WIB

Ini Alasan Anies, Ganjar dan Prabowo Begitu Diminati Publik

Anies, Ganjar, dan Prabowo diminati publik karena latar belakang mereka.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
Survei elektabilitas Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Anies, Ganjar dan Prabowo diminati publik karena latar belakang mereka.
Foto: Republika/Prayogi.
Survei elektabilitas Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Anies, Ganjar dan Prabowo diminati publik karena latar belakang mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto terus menempati tiga besar elektabilitas capres yang ditangkap lembaga-lembaga survei. Ternyata, latar belakang mereka cukup banyak memengaruhi.

Direktur Eksekutif Algoritma, Aditya Perdana, mengatakan, sosok dengan latar kepala daerah dan militer/TNI diminati sebagai capres. Hal ini untuk menjawab kebutuhan Indonesia dalam lima tahun yang akan datang.

Baca Juga

"Itulah alasan kenapa Anies Baswedan dan juga Ganjar disukai masyarakat kita, karena dia kepala daerah, dan juga Prabowo Subianto yang berasal dari tentara, jadi lebih ke sana," kata Aditya, Senin (26/6/2023).

Artinya, sosok yang dilihat memang orang-orang yang punya pengalaman di bawah untuk bisa naik menjadi capres. Survei Algoritma menemukan kepala daerah mendapatkan 27,4 persen, sedangkan TNI mendapatkan 20,9 persen.

Setelah itu, ada tokoh masyarakat/agama dengan 13,8 persen. Kemudian, akademisi 5,9 persen, menteri atau kepala lembaga negara 5,8 persen, pengusaha 4,3 persen, ketua umum parpol 2,8 persen, Polri 1,5 persen.

"Jadi, ketum partai tidak laku, 2,8 persen," ujar Aditya.

Jika melihat tingkat konformitas pemilih, capres yang diusung parpol menjadi faktor yang ditimbang pemilih. Sebanyak 63,6 persen pemilih mempertimbangkan, sedangkan 20,3 persen pemilih tidak pertimbangkan.

Algoritma turut mencatat sikap pemilih partai politik kalau partai yang dipilih memilih capres yang tidak sesuai harapan mereka. Sebanyak 23,3 persen pemilih ternyata beralih untuk memilih partai politik lainnya.

"Tapi, 37,5 persen akan tetap memilih partai politik tersebut," kata Aditya.

Meski begitu, sebanyak 15,6 persen masih mengaku ragu-ragu dan 0,9 persen mengaku memilih golput. Bahkan, ada pula 6,4 persen yang masih memilih tidak menjawab dan 16,3 persen yang masih memilih tidak tahu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement