REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menggelar Seminar Kesehatan Gaul dan Hidup Sehat Bebas Penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV/AIDS dalam rangka Milad 21, Rabu (14/6/2023). Bertempat di Aula Kampus Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, hadir memberikan keynote speech Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Dr Kurniasih Mufidayati dan sebagai narasumber dr. Dewi Inong Irana, Sp.DV, FINSDV, FAADV dan Psikolog Nur Firdaus, S.Psi.
Kurniasih mengawali paparan tentang kesehatan adalah hak hidup dasar warga negara. Dalam Pasal 28 H Ayat 1 UUD 1945 disebutkan setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Salah satu tantangan kesehatan yang kini marak adalah massifnya Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam lima tahun terakhir.
"Dalam lima tahun terakhir, kasus sifilis meningkat 70 persen. Pada tahun 2016 ada 12 ribu kasus penyakit sifilis dan terus meningkat hampir mendekati 21 ribu kasus pada tahun 2022. Data Kementerian Kesehatan RI, kasus HIV yang mulai didominasi usia muda," papar Kurniasih dalam keterangan tertulis kepada Republika.
Inong mengungkapkan, Indonesia adalah negara terbesar dengan pengidap HIV di Asia Tenggara. Ada 22 penyakit IMS yang mengancam, bukan hanya HIV/AIDS."Yang membahayakan adalah penyakit seperti HIV/AIDS, sifilis, Hepatitis B dan Hepatitis C tidak bergejala. Dan sekarang penderita HIV/AIDS sudah didominasi usia muda 20-49 tahun, artinya usia produktif, mencapai 85,7 persen. Ini memprihatinkan," ungkap Dewi Inong.
Dewi Inong menambahkan faktor risiko tertinggi HIV/AIDS justru karena Lelaki Seks Lelaki (21,4 persen), heteroseksual (17,9 persen) dan narkoba suntik (0,6 persen)."Kelompok LSL ini tinggi sekali karena merasa aman, mengira perilaku seksual sesama jenis tidak bisa kena penyakit IMS padalah penularan penyakit IMS paling gampang pada perilaku seks sejenis ini. Lebih-lebih kelompok LSL sangat cenderung berganti-ganti pasangan," kata dia.
Dewi Inong mengingatkan agar anak-anak muda mulai bebas tiga perilaku, bebas seks bebas, bebas narkoba dan bebas HIV/AIDS. "Jauhi perilakunya bukan orangnya, silahkan jika ada yang mau untuk konsultasi identitas terjamin. Kita sudah melakukan pendampingan secara langsung agar teman-teman ini bisa kembali sehat," ungkapnya.
Nur Firdaus menambahkan remaja dan anak muda hari ini menghadapi tantangan besar dengan tsunami informasi. Akibatnya ada pola anak muda untuk mencari tahu lalu mencoba tahu, meniru dan akhirnya mendorong nafsu.
"Ada bagian otak di kita dan saat remaja berkembang namanya Pre Frontal Korteks (PFC) yang sayangnya mudah rusak karena pornografi. PFC ini berfungsi untuk pengendali emosi, konsentrasi, pembeda yang baik dan buruk dan pengendalian diri. Bayangkan jika bagian otak ini rusak karena pornografi," imbuhnya.
Firdaus berpesan agar anak-anak yang terindikasi melakukan penyimpangan termasuk penyimpangan seksual untuk tidak dijauhi. "Jangan dijauhi, jangan diberi labeling, ajak main bersama arahkan bertemaan dengan peer group yang satu jenis kelamin, termasuk arahkan untuk melakukan konseling. InsyaAllah kita bisa saling menjaga," kata dia.