Sabtu 03 Jun 2023 22:45 WIB

Ibadah Kurban Bentuk Pengembangan Empati

Kurban bisa memadamkan ego pribadi.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Ibadah Kurban Bentuk Pengembangan Empati. Foto:  Hewan Kurban (Ilustrasi)
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Ibadah Kurban Bentuk Pengembangan Empati. Foto: Hewan Kurban (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR SERI BEGAWAN -- Di akhir bulan Juni ini, bertepatan dengan pelaksanaan haji, umat Muslim seluruh dunia pun akan melaksanakan ibadah kurban. Hari raya kurban ini dilakukan di bulan Dzulhijjah, atau yang disebut juga dengan Hari Raya Idul Adha.

Dalam khutbah Jum'at kemarin, para Imam di Brunei Darussalam bahwa ibadah kurban merupakan sunnat muakkadah. Hal ini dianggap mengembangkan sifat-sifat terpuji dan memiliki nilai-nilai Islam yang luhur.

Baca Juga

Mayoritas cendekiawan Islam disebut menganggap ibadah itu sunnah, dengan mengikuti tradisi Nabi Muhammad SAW. Adapun darah dari kurban yang tumpah di bumi akan mendapat tempat terhormat di sisi Allah SWT.

Dilansir di Borneo Bulletin, Sabtu (3/6/2023), disampaikan waktu pelaksanaan ibadah kurban adalah setelah matahari terbit pada Hari Raya Idul Adha. Yaitu, setelah selesainya sholat sunnah pada 10 Dzulhijjah hingga matahari terbenam pada hari terakhir Tasyrik, tanggal 13 Dzulhijjah.

"Sifat-sifat terpuji yang terbentuk selama ibadah kurban adalah mengajarkan kasih sayang, sekaligus mengembangkan sikap dermawan terhadap orang yang kurang mampu dan bersabar ketika menghadapi ujian hidup," kata mereka.

Ibadah kurban, sama halnya dengan haji, bersifat simbolik. Ini bukanlah sebuah ritual menumpahkan darah untuk mendapatkan pertolongan Allah melalui kematian makhluk lain, tetapi ungkapan terima kasih kepada Allah SWT atas limpahan rezeki dengan cara berbagi makanan berharga kepada mereka yang tidak mampu.

Tirakat berupa penyembelihan hewan kurban sejatinya telah ada sejak pra-Islam. Hal ini bahkan dipraktikkan oleh orang-orang Arab kafir dan juga Yahudi, sebagai bentuk persembahan untuk memperoleh kekayaan dan perlindungan Allah, dengan pengorbanan darah.

Untuk itu, Islam pun datang dan mengubah tradisi tersebut. Penyembelihan kurban bukan lagi untuk mendamaikan Tuhan yang sedang marah, atau menebus dosa-dosa sebagaimana yang diyakini umat kristen. Sebaliknya, kurban menurut Islam adalah untuk memadamkan ego dan keinginan pribadi kepada Allah SWT. 

Dalam QS As-Safat ayat 102-107 disebutkan Allah SWT tidak pernah menyuruh Ibrahim membunuh (mengorbankan) putranya. Hal ini berbeda dengan yang disebut dalam Alkitab, bahwa Abraham (Ibrahim as) diperintahkan berkurban dengan membunuh putranya.

Dengan kata lain, alasan yang mendasari umat Islam berkurban bukanlah pertaubatan darah atau mencari pertolongan melalui kematian orang lain, melainkan ungkapan rasa syukur atas rezeki yang didapat. Di sisi lain, ini merupakan pengorbanan pribadi untuk berbagi harta, benda dan makanan berharga mereka, dengan sesama manusia. 

Sumber:

https://borneobulletin.com.bn/sacrificial-worship-develops-empathy-say-imams/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement