Senin 29 May 2023 17:54 WIB

Survei: Ada 6 Alasan Prabowo Diuntungkan Isu Ekonomi Setelah Pandemi

Narasi petugas partai melemahkan figur Ganjar Pranowo dihadapan Prabowo.

Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto berpidato saat menghadiri silaturahmi dan tausiah kebangsaan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (18/5/2023). Kegiatan tersebut digelar oleh Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI), dan Yayasan Prabowo Subianto dengan agenda tausiah kebangsaan sekaligus memberikan santunan kepada anak yatim.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto berpidato saat menghadiri silaturahmi dan tausiah kebangsaan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (18/5/2023). Kegiatan tersebut digelar oleh Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI), dan Yayasan Prabowo Subianto dengan agenda tausiah kebangsaan sekaligus memberikan santunan kepada anak yatim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon presiden (capres) dari Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai lebih diuntungkan dengan isu ekonomi pascapandemi Covid-19 dibandingkan bakal capres lainnya. Dari hasil survei terbarunya, LSI Denny JA menemukan, mayoritas responden menilai sosok pemimpin strong leader dibutuhkan untuk membangkitkan perekonomian setelah pandemi.

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa menuturkan, kebutuhan strong leader untuk menumbuhkan ekonomi sangat tinggi, mencapai 85,6 persen. "Pemilih yang menyatakan biasa saja terhadap pentingnya strong leader untuk menumbuhkan ekonomi adalah sebesar 10,1 persen. Sedangkan pemilih yang menyatakan tidak penting terhadap strong leader untuk menumbuhkan ekonomi hanya 2,1 persen," tutur Ardian saat merilis hasil survei di Jakarta, Senin (29/5/2023).

Baca Juga

Ia menambahkan, Prabowo Subianto merupakan bakal capres yang lebih mengesankan strong leader yang menumbuhkan ekonomi. Survei LSI Denny JA menemukan, Prabowo berada di urutan pertama dengan 56,2 persen. Diikuti Anies Baswedan dengan 18,7 persen, dan Ganjar Pranowo di angka 14,8 persen.

Ganjar di urutan ketiga untuk isu strong leader yang menumbuhkan ekonomi. Data juga menunjukkan, untuk populasi umum, Prabowo bersaing ketat dengan Ganjar. Elektabilitas Prabowo 33,9 persen, Ganjar 31,9 persen, dan Anies 20,8 persen.

Jika dibandingkan dengan populasi umum, selisih perolehan dukungan Prabowo dan Ganjar hanya sebesar 2 persen. Tetapi dalam isu strong leader yang mampu menumbuhkan ekonomi selisihnya sebesar 46,1 persen. "Semakin isu strong leader tumbuhkan ekonomi meluas, semakin Prabowo menjulang, semakin Ganjar menurun," tutur Ardian Sopa.

Menurutnya, menjulangnya elektabilitas Prabowo terkait strong leader ini memiliki enam argumen. Pertama, terkait narasi petugas partai versus pendiri/ketua umum partai. Narasi petugas partai melemahkan figur Ganjar dihadapan Prabowo yang merupakan pendiri dan ketua umum partai. Petugas partai tidak mengesankan strong leader, pemimpin yang mandiri, pengendali partai, apalagi pengendali pemerintah/elite negara.

 

Kedua, rekam jejak kepemimpinan Ganjar di Jawa Tengah. Ganjar dinilai gagal soal isu kemiskinan di Jawa Tengah yang hanya satu provinsi. "Ketiga, rekam jejak dibandingkan dengan capres lain, Prabowo terkesan pemimpin yang diterima di spektrum politik yang lebih luas, untuk kuat memulai kebangkitan ekonomi," tegas Ardian.

Menurutnya, jika Ganjar di garis Nasionalis, Anies di kubu politik Islam, Prabowo berada di poros tengah. Posisi politik ini memudahkan Prabowo membangun kerja sama dengan spektrum politik yang lebih luas. Keempat, rekam jejak cita-cita Prabowo soal ekonomi Indonesia menjadi Macan Asia sudah dikenal luas sejak Pilpres 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement