Selasa 23 May 2023 06:05 WIB

Pengalaman Gaib Haji Masagung, Pendiri Gunung Agung Sebelum Putuskan Jadi Mualaf

Selain Gunung Agung, Haji Masagung yang mualaf juga mendirikan toko buku Wali Songo.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Haji Masagung, pendiri Toko Buku Gunung Agung yang menjadi mualaf sejak 1975.
Foto:

Namun, ternyata mushala tersebut semakin makmur sehingga diperluas. Baru sekitar tiga bulan ruangan masjid tidak muat menampung jamaah shalat Jumat ataupun tarawih.

Sehingga masjid tersebut kembali diluaskan. Tak hanya masjid, di gedung itu juga dibangun pusat kajian Islam sehingga siapa pun dapat belajar Islam setiap saat.

Satu ornamen khas yang berkesan untuk Masagung adalah jam besar yang terbuat dari kayu dengan ukiran surat yasin. Melihat antusias umat Islam di masa itu, Masagung pun berniat untuk membangun masjid di Kadumangu, Babakan Madang, daerah Bogor dekat dengan asal leluhurnya. Dia menamakan masjid tersebut dengan nama Masjid Agung Wali Songo.

"Bagi saya yang terpenting niat, untuk urusan dana nanti akan datang sendiri, karena sebagai Muslim seharusnya malu jika harus meminta-minta, dan ajaran agama pun menganjurkan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah," ujar dia.

Prinsip hidup ini pula yang terus dipegang oleh Masagung bahkan ketika berdoa di Multazam, yakni sebuah tempat yang berada di antara hajar aswad dan pintu Ka'bah. Di tempat itu, Masagung shalat sunnah dua rakaat dan berdoa agar dirinya terus menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan agama.

Haji Masagung meninggal pada 24 September 1990 lalu. Beliau dimakamkan di kawasan Citeureup, Bogor.

photo
Infografis 3 Kebiasaan yang Harus Diubah Mualaf. Ilustrasi muslimah - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement