Jumat 12 May 2023 05:31 WIB

Jangan Ragu Mengkhayal Munculnya Empat Paslon di Pilpres 2024

Bisa saja muncul kejutan dengan munculnya koalisi Golkar-PKB.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Rabu (3/5/2023). Pertemuan tersebut dalam rangka halal bi halal sekaligus membahas terkait koalisi partai.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Rabu (3/5/2023). Pertemuan tersebut dalam rangka halal bi halal sekaligus membahas terkait koalisi partai.

Oleh : Agus Rahardjo, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Harapan masyarakat yang mendambakan munculnya tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden 2024, seperti mendapat jawaban setelah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri secara resmi mengumumkan mengusung Ganjar Pranowo. Ganjar yang saat ini menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah melengkapi tiga besar nama kandidat capres yang langganan memiliki elektabilitas versi sejumlah lembaga survei. Ketiganya, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.

Ketiganya, disebut-sebut sebagai capres ideal untuk Pilpres 2024. Namun, dari ketiga nama, hanya Ganjar dan Anies Baswedan yang secara resmi mencukupi syarat ambang batas pencalonan presiden 20 persen suara partai politik. Ganjar, cukup mengandalkan PDIP untuk bisa menempatkan satu kakinya menuju kontestasi pilpres. Anies, yang diusung Koalisi Perubahan juga sudah memenuhi syarat untuk melawan Ganjar.

Kondisi berbeda dialami Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang diusung Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam wadah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Suara Gerindra mutlak mengusung Ketum Gerindra itu sebagai capres, tetapi belum mendapatkan dukungan resmi dari partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar ini.

Terlebih, dinamika politik di Tanah Air masih sangat bisa berubah. Yang pasti, sejak PDIP mengumumkan nama Ganjar, bandul politik yang sebelumnya terlihat anteng kini mulai mengayun lagi. Bukan hanya soal Prabowo versus Anies, melainkan kini Ganjar, Prabowo, dan Anies Baswedan.

Sebelumnya, nama Prabowo memang digadang sebagai penerus Presiden Jokowi. Hal itu terjadi karena sebelumnya, nama Ganjar yang didorong Jokowi tak mendapat kejelasan tiket dari PDIP. Manuver Jokowi untuk mengamankan nama pilihannya di periode mendatang sangat terlihat dari di-endorse-nya, baik nama Ganjar maupun Prabowo.

Barangkali, endorse Jokowi untuk Prabowo dengan menyebut ‘Pilpres 2024 jatah Prabowo’ di HUT Partai Perindo awal November 2022 lalu sebagai peringatan keras pada PDIP terkait Ganjar. Artinya, manuver itu berjalan mulus, karena Megawati akhirnya merespons dengan resmi mengumumkan Ganjar sebagai capres di Istana Batu Tulis pada 21 April 2023. Dengan begini, Jokowi memiliki dua kandidat penerus di Pilpres 2024.

Namun, apakah dengan majunya Ganjar, Prabowo tetap menjadi ‘orangnya’ Jokowi di Pilpres 2024? Sebab, seperti banyak prediksi dan analisis bahwa pihak yang berkuasa hanya ingin ada dua paslon di Pilpres 2024. Dengan hanya dua paslon yang bertanding, memungkinkan kemenangan untuk ‘orangnya’ penguasa alias pejawat.

Hal ini cukup masuk akal, karena Jokowi, mau tak mau menjadi sosok sentral dari wacana terbentuknya koalisi besar yang dibahas bersama ketua umum lima partai politik di kantor Partai Amanat Nasional (PAN). Wacana ini belum berhenti. Ide pembentukan koalisi besar bahkan sudah mengalir ke berbagai koalisi.

Lihat saja, belakangan ini ada manuver-manuver dari ketua umum partai yang bisa mengubah peta jalan dua paslon capres-cawapres. Pertemuan elite partai politik beberapa hari terakhir ini mengindikasikan, keinginan dua paslon bakal sulit terjadi.

Menurut penulis, sejak Ganjar diumumkan sebagai calon presiden oleh Megawati Soekarnoputri, koalisi bakal berubah secara alamiah bagi partai politik. Naluri parpol adalah menyelamatkan perolehan suara mereka. Salah satu jalan untuk mendulang suara dengan memanfaatkan efek ekor jas, yakni mengusung kadernya dalam Pilpres 2024.

Bahkan, Golkar yang hinggi kini belum memiliki sosok luar biasa dengan elektabilitas yang ‘pantas’ menjadi capres juga berharap tetap bisa mengusung Airlangga Hartarto. Naluri ini wajar, karena dengan begitu, Golkar bisa menyelamatkan suara maupun mendulang kesempatan masuk pemerintah di periode mendatang.

Simulasi dan kejutan

Dengan tiga nama yang sudah beredar, dipastikan perebutan saat ini ada di kursi cawapres. Ada sejumlah tokoh yang ‘ngebet’ untuk digandeng. Sebut saja, Menteri BUMN Erick Thohir, Menparekraf Sandiaga Uno, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ketiganya, menjadi tiga nama teratas sebagai cawapres 2024.

Melihat dinamika saat ini, Sandiaga Uno yang pindah dari Gerindra ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bakal diusulkan menjadi cawapres Ganjar Pranowo.

PDIP bisa jadi menerima usulan ini, sebab Sandiaga merupakan salah satu kandidat cawapres yang memiliki logistik untuk menyongsong pemilu. Kondisi ini dikuatkan karena PPP juga secara resmi mengumumkan mendukung pencalonan Ganjar Pranowo. Artinya, Ganjar-Sandiaga kemungkinan besar bakal terealisasi dengan koalisi PDIP-PPP.

Nama Prabowo, yang kini diusung Gerindra, juga bakal menerima kepindahan Partai Amanat Nasional (PAN) dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). PAN, selama ini membawa misi mengenalkan Erick Thohir sebagai bakal cawapres. Bisa jadi, Gerindra bersedia memasangkan Prabowo dengan Erick Thohir yang diusulkan PAN. Sama seperti koalisi Ganjar-Sandiaga, Prabowo juga membutuhkan Erick karena elektabilitasnya dan logistiknya.

Pada simulasi ketiga, Anies Baswedan yang saat ini sudah mendapat tiket dari Koalisi Perubahan, hanya tinggal menunggu nama untuk disandingkan sebagai cawapresnya. Sejumlah nama sudah muncul, bahkan Nasdem juga mengaku ada lima kandidat calon yang digadang-gadang untuk mendampingi Anies. Salah satu nama terkuat, yakni AHY. Namun, muncul juga nama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa hingga mantan panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Siapa pun namanya, bakal menjadi elemen kejutan dari Koalisi Perubahan.

Selain tiga nama kandidat itu, masih ada kejutan yang bisa muncul di Pilpres 2024. Penandanya, yakni pertemuan Golkar dan PKB di Jakarta beberapa waktu lalu. Dari pertemuan itu, keduanya bahkan bersepakat untuk menunjuk perwakilan sebagai tim pemenangan capres-cawapres. Bisa jadi, KKIR dan KIB yang saat ini memimpikan Koalisi Besar, justru terberai menjadi koalisi-koalisi baru.

Koalisi Golkar-PKB bisa jadi akan menjadi bonus impian tiga paslon yang diinginkan masyarakat. Golkar-PKB juga sudah cukup memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden untuk mengusung Airlangga-Muhaimin di Pilpres 2024. Jangan keliru, mereka maju bukan untuk menjadi kampiun pilpres. Tapi kedua partai, melihat rekam jejaknya sangat pragmatis.

Golkar tak bisa jauh dari kekuasaan. Target mereka juga mengamankan suara untuk partai setelah 20 tahun tak menikmati kemenangan. PKB, juga tipikal partai yang pragmatis. Kepentingan Muhaimin juga untuk mendulang suara bagi partainya. Keduanya, bisa jadi berharap pada efek ekor jas.

Apakah simulasi-simulasi ini bakal terealisasi? Kita tunggu saja tanggal mainnya. Tapi, selama tak dilarang, jangan takut berkhayal munculnya empat pasangan calon presiden dan wakil presiden. Bukan hanya tiga, atau dua, melainkan empat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement