Jumat 14 Apr 2023 18:00 WIB

Keceriaan Ramadhan Satukan Budaya di Masjid Regional Victoria

Masjid adalah cara untuk tetap terhubung dengan akarnya.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Keceriaan Ramadhan Satukan Budaya di Masjid Regional Victoria. Foto: Ilustrasi Ramadhan
Foto: www.freepik.com
Keceriaan Ramadhan Satukan Budaya di Masjid Regional Victoria. Foto: Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, MILDURA -- Muhammad Umair harus bangun pagi-pagi sekali sebelum subuh untuk santap sahur. Dengan mata lelah, dia berjalan ke dapur, menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri dan bersiap-siap untuk puasa.

Begitulah keseharian siswa internasional berusia 20 tahun dari Pakistan memulai harinya selama bulan Ramadan. Ia tiba di Mildura, Victoria, Australia, pada awal tahun ini.

Baca Juga

"Ini pertama kalinya saya menjalani Ramadan tanpa keluarga. Sangat sulit. Saya sangat merindukan mereka," kata dia dikutip di ABC, Jumat (14/4/2023).

Meski tanpa keluarga, dia berterima kasih kepada komunitas lokal yang telah membuatnya merasa nyaman dan diterima.

Teman-temannya bercerita tentang sebuah masjid yang tidak hanya menawarkan tempat untuk shalat, tetapi juga menyelenggarakan acara sosial termasuk buka puasa.

Umair menyebut memiliki masjid adalah berkah. Sungguh menggembirakan melihat orang-orang dari berbagai budaya berkumpul di masjid tersebut.

Masjid Turki di Mildura menyelenggarakan doa, jamuan makan, serta pertukaran hadiah dan salam di antara anggota komunitas Muslim setempat. Presiden Masyarakat Islam Turki, Muttalip Eser, mengatakan semua orang baik itu Muslim dan non-Muslim, akan disambut dan diterima di masjid itu.

"Semua orang di sini seperti keluarga saya. Semua orang di bawah atap ini terasa seperti keluarga," ucap dia.

Masjid menyediakan ruang bagi orang-orang untuk berkumpul dan berbagi makanan secara gratis. Seringnya makanan yang dihidangkan adalah kuliner tradisional Turki, termasuk sehriyeli pilav, pide dan baklava.

Setelah makan, orang-orang akan berkumpul untuk shalat, doa, serta membaca Alquran.

Bagi Eser, masjid adalah cara untuk tetap terhubung dengan akarnya dan tidak kehilangan budaya yang ada. Setiap Muslim berkumpul dan anak-anak akan melihat apa yang mereka lakukan untuk kemudian diwariskan.

"Setiap budaya penting untuk dipertahankan di Australia. Itu membuat kami kaya," lanjut dia.

Salah satu warga lainnya yang ikut merayakan Ramadhan di masjid itu adalah Ece Tunali. Pusat Islam itu disebut menciptakan rasa kebersamaan, terutama bagi mereka yang pindah dari luar negeri ke barat laut Victoria.

"Di masjid ini, kami menyambut banyak orang dari berbagai negara. Kami memiliki komunitas besar Malaysia dan Bangladesh, juga ada orang Afghanistan dan warga negara Pakistan," kata Tunali.

Tempat ibadah dan berkumpulnya komunitas ini disebut bukan hanya untuk orang yang memeluk agama Islam. Terkadang, orang lain seperti gelandangan akan datang untuk mengambil makanan mereka.

"Kami terbuka untuk semua orang. Ini seperti bank makanan," lanjut dia.

Tunali juga mengatakan pertemuan Ramadhan ini sangat bermanfaat bagi orang tua, yang kebanyakan tinggal di rumah. Selama Ramadhan, seseorang akan mengajak mereka keluar dari rumah.

Tidak hanya itu, ia menyebut kebiasaan ini juga bagus untuk anak-anak. Mereka bisa bermain di luar dengan bola, sementara orang dewasa akan membawa permen ekstra untuk anak-anak. Hal ini menjadi pertemuan yang sangat menyenangkan dan acara sosial yang besar.

Adapun Umair, dia tidak merasa begitu jauh dari rumah saat berada di masjid. Setidaknya ia bisa berkumpul dengan masyarakat dan tidak merasa sendiri.

Menjelang akhir Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia akan merayakan Idul Fitri, hari libur gembira yang menandai akhir dari periode puasa selama sebulan. Tahun ini, Ramadhan dimulai pada malam tanggal 22 Maret dan diprediksi akan berakhir pada malam hari Jumat, 21 April.  

Sumber:

https://www.abc.net.au/news/2023-04-14/mosque-diverse-communities-regional-victoria-ramadan/102212898

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement