Jumat 10 Mar 2023 05:35 WIB

Sekjen NATO: Bakhmut Bisa Jatuh ke Tangan Rusia Dalam Beberapa Hari

Pertempuran di Bakhmut menjadi area pertempuran terpanjang dan paling berdarah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
 Tentara Ukraina menembakkan senjata antipesawat ke posisi dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina timur,  Sabtu (4/2/2023), di tengah invasi Rusia. Prajurit Ukraina telah memasang senjata anti-pesawat S-60 era Soviet di truk untuk mobilitas dan kinerja pertempuran yang lebih baik. Kota garis depan Bakhmut, target utama pasukan Rusia, telah mengalami pertempuran sengit selama berbulan-bulan.
Foto: EPA-EFE/SERGEY SHESTAK
Tentara Ukraina menembakkan senjata antipesawat ke posisi dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Sabtu (4/2/2023), di tengah invasi Rusia. Prajurit Ukraina telah memasang senjata anti-pesawat S-60 era Soviet di truk untuk mobilitas dan kinerja pertempuran yang lebih baik. Kota garis depan Bakhmut, target utama pasukan Rusia, telah mengalami pertempuran sengit selama berbulan-bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan kota Bakhmut di Ukraina timur mungkin akan jatuh ke tangan Rusia dalam beberapa hari mendatang setelah pertempuran sengit selama berbulan-bulan. Hal itu ia sampaikan pada Rabu (8/3/2023)

Pernyataan Stoltenberg keluar ketika kelompok tentara bayaran Wagner Rusia, yang telah memulai serangan ke wilayah Bakhmut, mengklaim telah merebut tepi timur kota industri itu. Kota Bakhmut memang menjadi lokasi pertempuran terpanjang sejak Moskow menginvasi Ukraina, dan kondisinya kini telah hancur porak poranda.

Di Stockholm, para menteri Uni Eropa sedang mendiskusikan rencana untuk meningkatkan produksi pertahanan dan mempercepat pengiriman amunisi ke Ukraina. Apalagi Ukraina terus melontarkan ribuan peluru howitzer ke arah pasukan Rusia setiap hari.

Kepala pemimpin pasukan Wagner, yang juga sekutu Kremlin Yevgeny Prigozhin mengatakan di media sosial Rabu, bahwa pasukannya telah merebut seluruh bagian timur Bakhmut. Kota yang juga dikenal sebuah kota tambang garam dengan populasi 80.000 sebelum perang.

Baca juga : Alasan Mengerikan di Balik Larangan tak Boleh Jongkok di WC Duduk

Pertempuran sengit di sekitar Bakhmut telah menjadi area pertempuran yang terpanjang dan paling berdarah dalam invasi Rusia selama lebih dari setahun.

"Apa yang kita lihat adalah bahwa Rusia mengerahkan lebih banyak pasukan, lebih banyak pasukan dan apa yang kurang dalam kualitas, mereka coba perbaiki secara kuantitas," kata Stoltenberg kepada wartawan di Stockholm di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan Uni Eropa dikutip dari AFP.

"Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa Bakhmut pada akhirnya akan jatuh dalam beberapa hari mendatang," kata kepala aliansi militer pimpinan AS, menambahkan bahwa "ini tidak serta merta mencerminkan titik balik perang".

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan dalam sebuah wawancara dengan CNN, konsekuensi dari apa yang bisa terjadi jika Bakhmut jatuh ke tangan Rusia.

"Kami memahami bahwa setelah Bakhmut, (pasukan Rusia) dapat melangkah lebih jauh" dan menyerang kota-kota terdekat di wilayah Donetsk.

Baca juga : Jumlah Tentara Rusia Tewas dalam Perang Ukraina Lebih Banyak Sejak Perang Dunia Kedua

"Mereka bisa pergi ke Kramatorsk, mereka bisa pergi ke Sloviansk, itu akan menjadi jalan terbuka bagi Rusia setelah Bakhmut ke kota-kota lain di Ukraina, ke arah Donetsk," kata Zelensky dalam wawancara yang disiarkan Rabu (8/3/2023).

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan kepada para pejabat militer selama pertemuan yang disiarkan televisi pada hari Selasa, bahwa bila pihaknya mengambil kendali kota itu, maka akan memungkinkan operasi ofensif lebih lanjut di timur Ukraina. Pemimpin Wagner, Prigozhin memperkirakan antara 12.000 dan 20.000 pasukan Ukraina masih mempertahankan kota.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement