Senin 27 Feb 2023 16:53 WIB

Jangan Terkecoh, Orang Mau Bunuh Diri Justru Bisa Terlihat Bahagia

Bagaimana membedakan orang yang benar-benar bahagia atau berencana menyakiti diri?

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Ilustrasi bunuh diri. Orang yang memiliki pikiran untuk bunuh diri bisa menunjukkan perilaku yang mengecoh.
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi bunuh diri. Orang yang memiliki pikiran untuk bunuh diri bisa menunjukkan perilaku yang mengecoh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang memiliki pikiran untuk bunuh diri bisa menunjukkan perilaku yang mengecoh. Dia mungkin tidak menangis, berbaring di tempat tidur, atau menyendiri. Alih-alih begitu, orang yang ingin bunuh diri malah terlihat sangat bahagia atau tanpa beban.

Jika seseorang yang sebelumnya punya kondisi kesehatan mental tertentu tiba-tiba tampak gembira dan santai, itu mungkin karena dia telah membuat keputusan untuk bunuh diri. Alasannya, dia merasa lega dengan dua hal yakni gagasan bahwa dia tidak akan tersiksa lebih lama lagi, dan dapat berhenti memperdebatkan keputusan bunuh diri dengan diri sendiri.

Baca Juga

Wakil presiden keterlibatan misi di American Foundation for Suicide Prevention, Doreen Marshall, menyoroti keinginan bunuh diri sebagai masalah kesehatan. Orang yang mempertimbangkan itu sebenarnya masih bimbang, ingin hidup atau mati.

Orang yang ingin bunuh diri berurusan dengan kimia otak yang berbeda. Fungsi otak mereka lain dengan orang awam dalam penilaian dan pemecahan masalah, juga konsentrasi dan cara melihat dunia. Rasa sakit emosional yang intens juga bisa membutakan logika.

Menurut Marshall, setiap perubahan mendadak yang terlihat dalam cara bicara, suasana hati, atau perilaku orang yang dikhawatirkan melakukan perbuatan bunuh diri perlu dicermati. Tidak ada salahnya mengajak orang itu bicara atau mendengarkan keluh kesahnya.

“Sering kali, mereka merasa lega karena ada orang yang cukup peduli untuk mendengar tentang pengalaman mereka dengan pikiran untuk bunuh diri,” kata Marshall, dikutip dari laman Huffington Post, Senin (27/2/2023).

Luangkan waktu untuk mendengarkan dengan tenang apa yang dia katakan, dan ajukan beberapa pertanyaan lanjutan. Coba yakinkan bahwa bantuan selalu tersedia, dan keinginan bunuh diri adalah sinyal bahwa sudah waktunya untuk berbicara dengan ahli kesehatan mental.

Bagaimana membedakan seseorang yang benar-benar sedang bahagia atau berencana menyakiti diri dan mengakhiri hidupnya sendiri? Terapis di Gateway to Solutions di New York City, Danielle Dellaquila, menganjurkan untuk mencermati perbedaannya.

Individu yang berniat bunuh diri cenderung terlihat lebih tenang dan bahagia, tetapi tidak terlalu gembira. "Mungkin juga itu untuk menutupi perasaan yang sebenarnya, dalam upaya untuk menjaga orang yang dicintai dan penyedia kesehatan mental mengetahui tentang niat untuk mati," ujar Dellaquila.

Kepala petugas medis Pathlight Mood & Anxiety Center, Howard Weeks, menyebutkan tanda-tanda lain seseorang berniat bunuh diri. Sesekali, dia mungkin kelepasan berbicara tentang bunuh diri, misalnya mengatakan lebih baik mati.

Tanda berikutnya yakni mencari cara mengakhiri hidup yang mematikan, memberikan barang-barang berharga kepada orang lain, dan mengucapkan selamat tinggal kepada orang terdekat. Dia mungkin menyiratkan bahwa keluarga atau sahabat tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.

Akan tetapi, tanda-tanda itu bisa bervariasi dari satu orang dengan orang lain. Weeks mengatakan, terkadang kebahagiaan atau kelegaan yang tiba-tiba tidak diamati pada semua orang yang berniat bunuh diri.

"Tidak ada sinyal yang 'tepat', dan banyak pasien yang memutuskan untuk mencoba bunuh diri tidak mengalami perubahan suasana hati. Namun, itu bisa menjadi tanda peringatan," ujar Weeks. Dia menyarankan untuk memperhatikan berbagai tanda yang mungkin menjurus bahwa seseorang punya keinginan mengakhiri hidup.

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement