Kamis 23 Feb 2023 12:47 WIB

Guterres Puji Inisiatif Laut Hitam di Tengah Perang Rusia-Ukraina

Rusia dapat mengakhiri perang yang dimulainya.

Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan Inisiatif Biji-Bijian Laut Hitam menunjukkan kemungkinan Rusia dan Ukraina memajukan ketahanan pangan global, dengan dukungan dari Turki dan PBB. Menurut Guterres, PBB telah bekerja sama secara kreatif untuk mencari solusi atas perang tersebut.

"Terlepas dari tantangan yang sedang berlangsung, inisiatif untuk mengirimkan biji-bijian dan bahan makanan lainnya dari Ukraina membuat perbedaan," kata Guterres dalam sesi khusus yang diselenggarakan Majelis Umum PBB pada Rabu (22/2/2023), menjelang satu tahun perang di Ukraina.

Baca Juga

"Rusia dapat mengakhiri agresi ini. Rusia dapat mengakhiri perang yang dimulainya," tutur dia.

Sekjen PBB itu juga memuji Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang telah melibatkan pihak-pihak untuk memastikan kawasan itu tetap aman. "Sementara itu, kami telah mendengar ancaman tersirat untuk menggunakan senjata nuklir. Apa yang disebut penggunaan taktis senjata nuklir sama sekali tidak dapat diterima," kata Guterres.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bahwa Rusia masih ingin menghancurkan Ukraina. "Tidak seorang pun boleh tertipu oleh seruan palsu Rusia untuk negosiasi," kata dia.

Dia menekankan, tidak ada "dua sisi yang setara" dalam perang di Ukraina, karena ada pihak agresor dan korban.

"Saya mengerti bahwa masih ada beberapa negara yang tidak mau memihak Ukraina karena berbagai alasan. Tetapi ini bukan tentang itu. Ini tentang memihak Piagam PBB," kata Kuleba.

Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menuduh negara-negara Barat melakukan kampanye propaganda anti Rusia. Dia mendefinisikan kampanye tersebut sebagai upaya yang disengaja untuk menciptakan kebingungan dan menyembunyikan alasan sebenarnya dari konflik tersebut.

Berbicara menjelang pemungutan suara untuk rancangan resolusi untuk mencapai perdamaian abadi di Ukraina, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mendesak semua negara anggota untuk memilih menentang setiap dan semua amandemen yang bermusuhan yang berusaha merusak Piagam PBB. "Saya mendesak Anda untuk memilih 'ya' untuk mendukung resolusi ini," kata dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement