Selasa 21 Feb 2023 13:12 WIB

Majelis Tabligh Muhammadiyah Tanggapi Pernyataan Megawati soal Pengajian Ibu-Ibu

Pengajian ibu-ibu berdimensi sosial bukan hanya spiritual.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Hafil
 Majelis Tabligh Muhammadiyah Tanggapi Pernyataan Megawati soal Pengajian Ibu-Ibu. Foto:  Pengajian Majelis Taklim (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Majelis Tabligh Muhammadiyah Tanggapi Pernyataan Megawati soal Pengajian Ibu-Ibu. Foto: Pengajian Majelis Taklim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pidato presiden kelima Indonesia,  Megawati Soekarnoputri, sempat  membahas masalah stunting dan mengaitkannya dengan aktivitas keagamaan kaum ibu-ibu yang waktunya tersita untuk pengajian. Sehingga, tidak memiliki banyak waktu untuk mengurus anak.

Majelis Tabligh Muhammadiyah menanggapi pernyataan dari Presiden Indonesia kelima tersebut. Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal mengatakan, kegiatan pengajian yang digemari ibu-ibu bukan semata-mata berdimensi spiritual keagamaan yang simbolik, tetapi dituangkan dalam semangat kepedulian sosial yang tinggi.

Baca Juga

"Inilah budaya gotong royong yang sesungguhnya yang berangkat dari kesadaran ta'awun dan takaful sesama warga masyarakat dan bangsa, bahkan kepada orang yang berbeda keyakinan sekalipun," kata Kamal kepada Republika, Selasa (21/2/2023).

Kamal pun sangat mengapresiasi ada pejabat negara yang masih peduli dengan kenyataan hidup masyarakat di negara ini. Secara objektif, katanya, memang pengasuhan anak perlu perhatian penuh orang tua tanpa kompromi, dan hal tersebut konsekuensi sebagai orang tua baik secara agama, kemanusiaan, norma kemasyarakatan, serta hukum.

"Dalam konteks tanggung jawab ini, semua orang tua harus bersikap adil dan proporsional, termasuk dalam persoalan-persoalan domestik rumah tangga sebagai pilar penyangga utama kekuatan masyarakat, dan bahkan bangsa. Termasuk dalam hal menjaga stamina ruhiyah, dengan mengikuti kajian-kajian keagamaan secara adil dan proporsional pula," ujarnya.

Meski demikian, jika dilihat dari suatu persoalan tertentu yakni stunting, Kamal menegaskan bahwa harus dilihat secara jernih dan holistik. Kamal menuturkan, masalah stunting yang utama merupakan masalah gizi.

"Masalah gizi, ya artinya kemampuan orang tua secara ekonomi dan perhatian untuk menerapkan pola pemberian gizi seimbang dan tepat," jelas Kamal.

Melihat data kemiskinan di Indonesia, Kamal menyebut, tentu harus mendapat perhatian terkait peningkatan kesejahteraan keluarga dalam hal ekonomi. Dengan begitu, pemberian asupan gizi untuk anak dapat memadai.

"Di sini kebijakan dan keberpihakan negara sangat dibutuhkan masyarakat kebanyakan," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement