Selasa 14 Feb 2023 18:30 WIB

Hikmah Memakai Pakaian Ihram, Gambarkan Keadaan Orang Mati

Pakaian ihram memiliki arti pembebasan diri.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Hikmah Memakai Pakaian Ihram, Gambarkan Keadaan Orang Mati. Foto: Ilustrasi Pakaian Ihram
Foto: Republika/Mardiah
Hikmah Memakai Pakaian Ihram, Gambarkan Keadaan Orang Mati. Foto: Ilustrasi Pakaian Ihram

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Melepas pakaian sehari-hari dan menggantinya dengan dua helai kain ihram menggambarkan keadaan orang yang meninggal dunia. Dia harus melepaskan semua atribut dan urusan dunia dan berganti dengan kain kafan.

Pakaian dunia inilah yang kerap membuat manusia lupa diri, sehingga mudah berbuat salah dan dosa. Karena itu, pakaian dunia sebagai simbol dari kesombongan dan kecongkakan harus dilepas agar ia diterima oleh Allah SWT.

Baca Juga

Ketika Nabi Musa Alaihissalam bermunajat, Nabi Musa diperintahkan untuk melepas sandal sebagai lambang pakaian dunia.

إِنِّىٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخْلَعْ نَعْلَيْكَ ۖ إِنَّكَ بِٱلْوَادِ ٱلْمُقَدَّسِ طُوًى

Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. (QS Thaha: 12)

Demikian juga orang yang melaksanakan ibadah haji, saat hendak memasuki Tanah Suci, baitullah, dia harus melepas pakaian duniawi itu, harus menanggalkan kebiasaan buruk yang melekat dalam dirinya agar diterima oleh Allah SWT.

Pakaian ihram memiliki arti pembebasan diri dari keinginan hawa nafsu dan daya tarik luar selain Allah. Ihram melambangkan penyerahan jiwa raga sepenuhnya kepada kebesaran dan keindahan Dzat dan sifat Allah, membebaskan dari ikatan kedudukan, pangkat, darah, keturunan, harta, dan status sosial lainnya yang sering merusak tali persaudaraan.

Ihram mengajari umat manusia tentang kesamaan dan kesetaraan di hadapan Allah. Dia tidak melihat pangkat dan jabatan. Apa yang Dia lihat adalah ketakwaan dan amal kebaikan.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Tapi, Allah hanyalah melihat hati dan amalan kalian." (HR Muslim, dari Abu Hurairah RA)

Ketika sudah mengenakan pakian ihram, seseorang dilarang atau diharamkan melakukan dosa dan kemaksiatan, baik kepada sesama manusia, binatang, tetumbuhan, terlebih kepada Allah.

Rafats, fusuq, jidal dan berburu binatang di tanah haram dilarang karena aktivitas tersebut dapat memalingkan hati manusia dari perasaan sama dan setara sesama makhluk di hadapan Tuhan.

Status kehambaan hanya dapat terwujud secara total ketika manusia mampu menundukkan ego dan kesombongannya. Indikator kesombongan manusia antara lain dapat dilihat dari pakaiannya, orang kaya berpakaian mahal, si miskin berpakaian murah.

Pakaian ihram mengajari semua manusia tentang status kehambaan yang sejati. Manusia diajak untuk menghilangkan sekat-sekat sosial, diajari untuk mengingat hakikat kehidupan bahwa ia berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.

Saat berada di Tanah Air, seseorang dapat menyombongkan diri dengan pakaian yang dikenakannya. Tapi saat ia bertamu di rumah Allah SWT, kesombongan itu tidak patut disemai. Kesombongan harus ditanggalkan. Ganti pakaian kesombongan itu dengan pakaian berwarna putih bersih, layaknya kain kafan, penanda kesucian dan penyerahan diri.

Lewat ibadah haji, setiap jemaah haji hendaknya menampakkan semangat kesederhanaan, kesetaraan, dan kebersamaan di hadapan Allah SWT. Penjelasan hikmah memakai pakaian ihram ini dijelaskan dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umroh yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (Ditjen PHU) Kementerian Agama, 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement