Ahad 05 Feb 2023 20:20 WIB

Kanselir Scholz: Putin tidak Mengancam Saya atau Jerman

Kanselir Jerman melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz selama pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow, Rusia, Selasa, 15 Februari 2022.
Foto: AP/Mikhail Klimentyev/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz selama pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow, Rusia, Selasa, 15 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Kanselir Jerman Olaf Scholz melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam percakapan telepon itu, Scholz mengatakan, Putin tidak membuat ancaman apa pun terhadap dirinya atau Jerman.

Scholz mengatakan, percakapannya dengan Putin memperjelas bahwa mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang perang di Ukraina. Scholz mengatakan kepada Putin bahwa Rusia memiliki tanggung jawab tunggal atas perang tersebut.

Baca Juga

"Rusia telah menginvasi tetangganya tanpa alasan, untuk mengambil bagian dari Ukraina atau seluruh negara di bawah kendalinya," kata Scholz.

Jerman menilai bahwa tindakan Rusia melanggar kerangka kerja perdamaian Eropa. Oleh karena itu, Eropa memberikan bantuan keuangan, kemanusiaan, dan militer kepada Ukraina. Scholz mengatakan, ada kesepakatan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy bahwa senjata yang dipasok oleh Barat hanya boleh digunakan di Ukraina dan bukan di wilayah Rusia.

"Kami memiliki konsensus tentang itu," kata Scholz.

Pekan ini Putin membangkitkan semangat tentara Soviet yang mengalahkan pasukan Nazi Jerman di Stalingrad 80 tahun lalu. Dia menyatakan, Rusia akan mengalahkan Ukraina yang diduga berada dalam cengkeraman inkarnasi baru Nazisme.

Di tengah meningkatnya tekanan internasional bulan lalu, Pemerintah Jerman mengumumkan rencana pengiriman tank Leopard 2 modern. Scholz menyatakan, setiap pengiriman senjata dikoordinasikan dengan hati-hati dengan sekutu barat, untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.

Sebelumnya, mantan perdana menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pemimpin Rusia telah mengancamnya dengan serangan rudal. Sementara Kremlin mengatakan, Johnson berbohong tentang ancaman tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement